MODEL-MODEL BIMBINGAN dan KONSELING INOVATIF

Minggu, 09 Oktober 2011
MODEL-MODEL BIMBINGAN dan KONSELING INOVATIF

PARADIGMA
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kajian-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.
VISI
Visi profesi konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang.
Konseling tidak lagi hanya dipelajari sebagai seperangkat teknik, melainkan sebagai kerangka berpikir dan bertindak yang bernuansa kemanusian dan keindividuan.
MISI
Misi konseling difokuskan pada :
a.       Misi pendidikan. Yaitu mendidik peserta didik dan warga masyarakat melalui pengembangan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan
b.      Misi pengembangan. Yaitu memfasilitasi perkembangan individu di dalam satuan pendidikan formal dan non formal.
c.       Misi pengentasan masalah, yaitu membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari efektif.

KONSELING TRAIT AND FACTOR
Ahli Utama
Edmund G. Williamson
Pandangan Hakekat Manusia
Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Manusia bersifat bergantung dan hanya berkembang secara optimal di tengah-tengah masyarakat. Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good life).  Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi yang merupakan ciri-ciri kepribadian (traits).
Peranan Konselor
Menempatkan diri sebagai guru. Bersedia mengarahkan klien kearah yang lebih baik. Tidak netral sepenuhnya terhadap nilai-nilai. Mengajar individu mengenali motivasi-motivasinya, mengajar individu mengubah perilakunya menjadi perilaku yang memadi untuk mencapai tujuan peribadinya.

n  Trait-Factor  Conseling : menekankan  pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan problem-problem yang dihadapinya.
n  Asumsi dasar pertama kali yang berkembang,  bahwa tingkah laku manusia dapat diatur dan diukur. Pengukuran/tes merupakan elemen pokoknya.
n  Traits : suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku.
n  Misal : intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku).
n  Traits-Factor berpandangan bahwa kepribadian seseorang dapat  dilukiskan dengan mengidentifikasi sejumlah ciri (hasil tes psikologi) yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu. Ciri-ciri dasar yang ditemukan disebut factors.
n  Traits-factors dikenal dengan nama directive conseling atau conselor-centered conseling, karena konselor secara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan klien demi kebaikan klien sendiri.
n  Corak konseling traits-factor menilai tinggi kemampuan manusia untuk berpikir rasional dan memandang masalah klien sebagai problem yang harus dipecahkan dengan menggunakan kemampuan tersebut. 
Tujuan Konseling
n  Untuk mengajak klien berpikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah tersebut.
n  Konseling trait and factor dimaksudkan untuk membantu klien mengalami :
  1. Klarifikasi – diri (self – clarification)
  2. Pemahaman – diri (self – understanding)
  3. Penerimaan – diri (self acceptance)
  4. Pengarahan – diri (self – direction)
  5. Aktualisasi – diri (self – actualization)
HUBUNGAN KONSELING
Konseling trait & factor ditandai dengan ciri-ciri situasi hubungan sebagai berikut :
a.       Konseling merupakan thinking relationship yang lebih menekankan peranan berpikir rasional walaupun tidak sama sekali meninggalkan aspek emosional
b.      Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat pribadi, akrab dan empatik
c.       Konseling yang berlangsung dapat bersifat remidiatif maupun developmental
d.      Masing-masing pihak baik konselor maupun klien melakukan peranannya secara proporsional
Tehnik Konseling
a.       Menciptakan hubungan baik. Konselor perlu menciptakan suasana hangat, bersikap ramah dan akrab dan menghilangkan kemungkinan situasi bersifat mengancam
b.      Mengembangkan pemahaman diri. Usaha pertama konselor adalah membantu klien lebih mampu memahami diri sendiri yang mencakup segala kelebihan dn kelemahannya.
c.       Menasehati atau merencanakan program tindakan. Konselor membantu klien merencanakna program tindakan.
d.      Pelaksanaan rencana. Rencana program tindakan yang telah dibuat, diikuti pengambilan keputusan klien untuk dilaksanakan.
e.       Rujukan. Kemampuan konselor ada batas-batasnya, maka konselor hendaknya mengirim klien kepada pihak lain yang lebih berwenang.

Proses Konseling
a.        Analisis. Merupakan langkah awal konseling Trait & Factor yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang diri klien dan latar kehidupannya.
b.        Sintesis. Usaha merangkum, menggolong-golongkan serta menghubung-hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruh pribadi klien.
c.        Diagnosis. Menarik kesimpulan logis mengenai masalah-masalah yang dihadapi klien atas dasar gambaran pribadi klien hasil analisis dan sintesis.
Identifikasi masalah
Pada tahap ini dirumuskan masalah yang dihadapi klien saat ini.
Etiologi, menentukan sebab-sebab timbulnya masalah. Ada dua sumber masalah, yaitu sumber internal dan sumber eksternal.
Prognosis. Prognosis berkaitan dengan upaya untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada.
d.        Konseling. Konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan proses pemberian bantuan, tetapi juga dapat dipandang sebagai salah satu tahap proses konseling. Analisis, sintesis, diagnosis, dan prognosis dapat dilakukan konselor sebelum konseling.
Pada tahap konseling dilakukan pengembangan alternative pemecahan masalah, pengujian alternatif dan pengambilan keputusan.
a.       Pengembangan alternatif pemecahan masalah
Beberapa strategi yang dapat ditempuh dalam pengembangan alternative terdiri atas :
Forcing conformity, suatu saat klien dihadapkan pada posisi yang tidak mengenakkan.
Changing Attitude. Dalam berbagai kasus, masalah klien dapat diselesaikan melalui mengubah sikap-sikap yang ditampilkan selama ini yang diduga menjadi penyebab timbulnya masalah yang dialami klien.
Learning The Needed Skills. Banyak klien yang gagal mencapai tujuan, karena ia tidak terampil.
Selecting The Appropriate Environment. Dalam keadaan tertentu perubahan sikap dan perilaku klien sulit dilakukan karena lingkungan yang tidak memungkinkan untuk melakukan perilaku-perilaku yang dimaui.
Changing Environment. Beberapa masalah timbul karena lingkungan yang tidak mendukung.
b.      Pengujian Alternatif Pemecahan Masalah.
Diantara sejumlah alternative yang dikembangkan manakah yang akan diimplementasikan? Untuk menentukan mana alternatif yang diimplementasikan perlu diuji kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, faktor-faktor pendukung dan penghambat apabila alternatif tersebut dilaksanakan.






Tabel contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan ketika seorang klien merancang program kelanjutan studi atau bekerja setelah tamat dari SMU
Alternatif
Nilai (+)
Skor

Prestise
Ekonomi
Bakat
Minat
Jodoh

Melanjutkan kuliah






Bekerja






Bekerja sambil kuliah






c.       Pengambilan Keputusan.
Alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang diuji ditentukan manakah yang akan dilaksanakan.
d.      Follow up
      Langkah follow-up dapat diartikan sebagai hal-hal yang perlu direncanakan dari alternatif yang dipilih untuk dikembangkan dan/atau tindak lanjut dari alternative yang telah dilaksanakan di lapangan.
Salah satu model pendekatan konseling yang ingin ditawarkan melalui diklat ini adalah model pendekatan trait & factor (directive) yang dikembangkan Edmund Williamson. Pendekatan konseling tersebut, kendati tergolong klasik, masih relevan untuk menjawab kebutuhan terhadap teknik konseling yang efektif. Ada beberapa alasan antara lain, pendekatan ini relatif sederhana dan terstruktur, cocok dengan corak bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah kita yang lebih berwatak edukatif daripada klinis, demikian pula sifatnya yang direktif sangat cocok dengan pola paternalistik yang berkembang dalam budaya hubungan antara pendidik (orang tua) dan siswa (anak).
Konseling trait & factor mengembangkan teknik-teknik khusus seperti yang dikembangkan oleh Williamson. Teknik tersebut meliputi :
1.      Menciptakan rapport (establishing rapport), yaitu teknik menciptakan hubungan baik konselor-klien yang diwarnai suasana hangat, bersikap ramah dan akrab serta sedapat mungkin meminimalkan situasu yang mengancam klien.
2.      Mengusahakan pemahaman diri (cultivating self-understanding), yaitu teknik membantu klien agar mampu memahami diri sendiri baik itu yang mencakup kelebihan dan kelemahannya.
3.      Memberikan saran atau merencanakan program tindakan (advising or planning a program of action), yaitu teknik membantu klien dalam merencanakan tindakan.
4.      Melaksanakan rencana (carrying – out the plan), yaitu teknik membantu klien untuk melaksanakan rencana-rencana sebagai wujud pengambilan keputusan oleh klien.
5.      Melakukan alih tangan (refferal), yaitu teknik mengalih-tangankan ke pihak lain (orang/lembaga) yang lebih berwenang.

PROSES KONSELING SECARA UMUM
A.    PENDAHULUAN
1.      Menyambut kehadiran klien
2.      Menciptakan hubungan yang baik
3.      Mendengarkan keluhan klien
4.      Mempersetujukan tujuan
B.     INTI
5.      Mengumpulkan informasi
6.      Menganalisis informasi
7.      Merumuskan/menetapkan masalah dan penyebabnya
8.      Mencari beberapa kemungkinan jalan keluar
9.      Memilih jalan keluar yang paling tepat
10.  Merencanakan pelaksanaan jalan keluar
11.  Memberi pertolongan menuju jalan keluar, untuk dilakukan di dalam dan di luar
C.     PENUTUP
12.  Membuat kesimpulan
13.  Menutup pertemuan
PANDUAN PRAKTIK KONSELING TRAITS AND FACTOR
A.    OPENING
  1. Menyambut dan menerima klien dengan penuh perhatian, kehangatan dan ketulusannya
  2. Membuka pembicaraan dengan topik-topik netral
 (seperti : berita aktual yang sekiranya klien menguasainya, hobby, tempat tinggal, keluarga dan sejenisnya)
  1. Membuka pembicaraan tentang maksud dan tujuan klien
  2. Menjelaskan kedudukan akan peran klien dan konselor selama proses konseling
  3. Mendengarkan sejenak permasalahan yang diungkapkan klien, untuk mengenali permasalahan yang sedang dialami atau membelenggu klien
B.     TAHAPAN KONSELING
  1. Menganalisis
a.       Mengurai berbagai aspek pribadi dan lingkungan yang signifikan  dengan problem klien
 (Aspek prestasi, hubungan sosial, kondisi ekonomi, kebiasaan, ketrampilan berkomunikasi, moral dan agama, dst)
b.      Keseluruhan aspek yang relevan yang diungkap
c.       Kedalaman setiap aspek yang digali
d.      Penggunaan variasi teknik mendengarkan (listening)
2.      Sintesis
a.       Penyimpulan setiap aspek yang diungkap
b.      Ketajaman dalam pembuatan simpulan
c.       Penyerahan pembuatan simpulan oleh klien
d.      Ketepatan penggunaan teknik interview (summary)
3.      Diagnosis
a.       Pembuatan gambaran keseluruhan keadaan klien baik kekuatan maupun  kelemahan klien (summary) Identifikasi masalah berdasarkan hasil deskripsi gambaran menyeluruh
b.      Penetapan sumber penyebab masalah (etiologi)
c.       Tingkat penyerahan penentukan butir 3a, b, dan c kepada klien
4.      Prognosis
a.       Memprediksikan permasalahan klien
b.      Pemberian kesempatan pada klien untuk mendeskripsikan apa yang terjadi bila  problem klien diatasi, dan bila tidak diatasi
c.       Bertanya kepada klien untuk memahami apa yang akan dialaminya di kemudian  hari atau pada kurun waktu tertentu
d.      Mendiskusikan alternatif pemecahan masalah yang bertumpu pada kemampuan  klien dan oleh klien
e.       Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang hendak dilakukan
  1. Konseling (treatment)
a.       Mendiskusikan tindakan-tindakan nyata sebagai tindakan pelaksanaan alternatif  yang dipuskan
b.      Mensimulasikan (rehearsal) tindakan yang hendak dilakukan
c.       Meyakinkan bahwa klien benar siap hendak melaksanakan alternatif pilihannya
C.        TERMINATIsON/MENGAKHIRI SESION KONSELING
  1. Penyimpulan
a.       Menyimpulkan keseluruhan hasil akhir dari sesion yang telah dilakukan
b.      Penyerahan pembuatan simpulan oleh klien alih-alih konselor
c.       Memberikan penguatan atas simpulan yang dibuat klien dan memberikan  tambahan simpulan yang barangkali tidak dikemukakan klien
  1. Kontrak sesion berikutnya
a.       Menentukan kapan dan dimana sesion berikut akan dilakukan
b.      Menetapkan topik yang hendak dibahas atau dilaporkan pada sesion  berikut
c.       Memberikan dorongan keyakinan akan keberhasilan klien bila ia akan    menjalankan alternatif pemecahan masalah
d.      Menutup sesion konseling dengan memberikan jabat tangan dan menghantar klien ke luar dari ruang konseling






KONSELING YANG BERPUSAT PADA KLIEN

Landasan filosifis konseling yang berpusat pada klien
C.R. Rogers, sebagai tokoh utama konseling yang berpusat pada klien, memandang manusia pada dasarnya rasional, sozialized, ingin maju dan realistis Manusia dipandang memiliki martabat tinggi, memiliki hak untuk menyatakan keluhan dan isi hatinya. Penghampirannya bersiat fenomenologis.
Secara psikologis individu dianggap memiliki kapasitas untuk menghayati kesadarannya dalam mengadakan penyesuaian diri, dan mampu menjauhkan diri dari ketidak sesuaian. Secara filosofis individu dipandang memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri, apabial berada pada kondisi tertentu.
Menurut Rogers, martabat klien berbeda dari martabat pasien. Konseling dipandangnya sebagai usaha bersama antara klien dengan konselor dan klien merupakan “tenaga ahli’ tentang dirinya sendiri. Bukanlah konselor yang “tahu” tentang diri klien, dan tidak seperti dalam hubungan pasien dengan dokter.
         Konseling ini disebut konseling non-directive untuk membedakan dari corak konseling yang mengandung banyak pengarahan dan kontrol terhadap proses konseling dari pihak konselor.
         Cara berperilaku seseorang dan cara menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang dihadapinya selalu sesuai dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri dan keadaan yang dihadapinya. 
         Keadaan tertentu yang secara objektif  mungkin sama bagi dua orang, akan dihayati dengan lain-lain cara.
         Penghayatan dan kesadaran akan dirinya sendiri dengan semua  perasaan, pandangan, dan ingatan membenuk apa yang disebut konsep diri (self-concept).
          Gambaran mengenai  Siapa saya ini menurut pandangan saya; Siapa saya ini sebenarnya; Saya bercita-cita menjadi orang yang bagaimana; Saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana.
         Persoalan timbul jika ada petentangan antara siapa saya ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self).

C.R. Rogers memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk tumbuh dan mengaktualisasikan diri, memiliki martabat yang tinggi. Hal ini tercermin dalam konseling yang dikembangkan olehnya, yang memerikan kebebasan penuh kepada klien untuk menyatakan isi hati perasaannya. Konselor bertugas memantulkan perasaan klien, sehingga berdasarkan pantulan itu terjadilah insight pada klien.
Karakteristik kegiatan konseling yang berpusat pada klien.
Konseling yang dilakukan oleh Rogers ini telah berkembang Cepat, tidak hanya dapat therapi individual saja, akan tetapi dalam kelompok, permainan, administrasi dan perusahaan, berbagai aspek pekerjaan dan tugas keagamaan.
Pendekatan yang dilakukan oleh Rogers ialah fenomenologis, sehingga segala sesuatu yang ada di lingkungan turut diperhitungkan. Latar belakang kehidupan individu, nilai, norma yang dianut serta segala sesuatu yang mewarnai tingkah lku klien akan menjadi landasan penting dalam mengadakan terapi.


Harper 1959 mengemukakan tujuh karakteristik yang berusat pada klien yaitu :
a.       Ada usaha yang gigih dan consistent dari konselor untuk memahami isi pembicaraan dan perasaan yang diungkapkan klien melalui kata-kata, isyarat tangan dan sinar muka.
b.      Ada usaha untuk mengkomunikasikan hasil usaha pemahaman tadi pada klien, melalui kata-kata atau dengan sikap yang ramah dan menarik.
c.       Menyajikan hasil sintese dari perasaan yang telah diungkapkannya.
d.      Mengakui kemampuan klien untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
e.       Apabial tanya jawab dan pemberian informasi tampaknya relevan dengan usha klien dalam mengetahui masalahnya, klien itu pun merasa terpanggil. Akan tetapi akan diingkari apabila meningkatkan ketergantungan klien pada konselor.
f.       Di sat konselor memotong kalimat klien, untuk meyakinkan kebenaran apa yang didengarnya dari klien, hendkanya tidak memberikan tafsiran lain, kecuali mengikhtisarkan perasaan klien.
g.      Konselor tidak mencoba mengusulkan wawaan secara langsung, atau memberi nasihat, hadiah, atau mengajari suatu program kegiatan, atau meminta agar klien mengadakan eksplorasi.

Corak konseling ini berpijak pada beberapa keyakinan dasar tentang martabat manusia dan hakikat kehidupan manusia.
a.       Setiap manusia berhak mempunyai pandangan-pandangan sendiri dan menentukan haluan hidupnya sendiri, serta bebas untuk mengejar kepentingannya sendiri selama tidak melanggar hak-hak orang lain.
b.      Manusia pada dasarnya berakhlak baik, dapat diandalkan, dapat diberi kepercayaan, dan cenderung bertindak secara konstruktif.
c.       Manusia seperti makhluk-makhluk hidup yang lain, membawa dalam dirinya sendiri, kemampuan, dorongan, serta kecenderungan untuk mengembangkan diri sendiri semaksimal mungkin.
d.      Cara berperilaku seseorang  dan cara menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang dihadapinya, selalu sesuai dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri dan keadaan yang dihadapi.
e.       Seseorang akan menghadapi persoalan jika diantara unsur-unsur dalam gambaran terhadap diri sendiri timbul pertentangan-pertentangan, lebih-lebih antara siapa saya ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self)

Untuk mencapai efektivitas penggunaan konseling yang berpusat pada klien ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.       Perubahan kepribadian yang positif tidak akan terjadi, kecuali dalam pertalian psikologis, adanya kesadaran kedua belah pihak akan perlunya kontak pribadi.
b.      Perubahan psikotherapeutik terjadi apabila klien dalam keadaan tidak serasi, yaitu pengalaman aktualnya berbeda dari gambaran dirinya (self picture).
c.       Konselor hendaknya mempunyai pertalian yang terintegrasikan dan serasi.
d.      Konselor hendaknya tidak pamrih terhadap kliennya dan menunjukkan sikap positif terhadp klienya.
e.       Konselor hendaknya menghayati pemahaman klien akna penglamannya secara empatik itu berarti menghayati internl frame of reference klien.
f.       Klien hendaknya menghayati bahwa konselor menerima sikap kliennya, sepanjang dalam hubungan klien konselor. Tingkah laku dan ucapan konselor hendaknya dihayati klien sebagai usaha konselor dalam memahami dirinya.
Metoda konseling yang berpusat pada klien
Gagasan C.R. Rogers tentang konseling akan efektif digunakan apabila konselor mampu membentuk pertalian pribadi yang subyektif dengan klien. Pertalian ini tidaklah seperti hubungan ilmuwan dengan obyek penelitiannya, tidak pula seperti dokter dengan pasiennya, tapi sebagai pribadi dengan pribadi.
Proses Konseling
Rogers mengungkapkan beberapa prinsp proses konseling yang dilukiskan dalam empat tahapan :
-          Menciptakan pertalian konseling menggambarkan kualitas ikatan sosial yang berbeda dari ikatan yang pernah dihayati klien.
  1. Menciptakan raport sehingga terbentuk keakraban, kehangatan dan reponsiveness dan secara berangsur berkembang menjadi pertalian emosional yang mendalam.
  2. Bersikap permissive berkenaan dengan ekspresi perasaan, sehingga klien mampu mengekspresikan segala dorongan dan keluhannya.
  3. Terdapat kebebasan penuh pada klien untuk menyatakan segala perasaannya, namun ada keterbatasan waktu dalam konseling.
  4. Pertalian konseling hendaknya bebas dari tekanan atau paksaan
-          Releasing expression. Salah satu tujuan konseling paling berarti adalah membuka tabir yang ada di balik sikap, perasaan dan dorongan-dorongan yang menjadi sumber masalah dan konflik individu.
  1. Konselor hendaknya lebih memperhatikan respon yang bersiat emosional, daripada intelktual.
  2. Menanggapi perasaan negatif, dengan jalan menaruh perhatian pada keluhan klien, sekalipun keluhannya mendangkal. Konselor hendaknya dapat meyakinkan klien yang selalu membesar-besarkan situasi, yang sebenarnya belum tentu negatif.
  3. Menanggapi perasaan yang ambivalen, dengan jalan memberikan kesempatan berdiskusi dalam mengungkapkan perasaannya itu.
  4. Sikap terhadap konselor. Klien kadang-kadang menampakkan sikap tertentu terhadap konselor atau terhadap situasi konseling. Konselor hendaknya tidak segera menanggapi serangan klien terhadap dirinya sebagai serangan terhadap pribadinya. Hendaknya ditafsirkan bahwa sikap klien tersebut tertuju kepada pengalaman konselingnya.
-          Tercapainya insight. Mengendurkan perasaan dan sikap emosional klien yang disebabkan pertalian konseling, membawa kepada tahapan tercapaian insight (wawasan). Insight pada klien, berkembang kepada pemahaman yang lebih berarti.
-          Tahap penutupan. Apabila klien telah mengembangkan insight dn pemahaman diri serta telah memilih tujuan yang sesuai dengan dengan lingkungan tempat hidupnya, konseling telah sampi pada puncak penutupan. Klien memperoleh insight yang segar dalam nuraninya, sehingga bertambah kaya perilakunya yang mengarah pad pencapaian tujuan.

Lamanya proses konseling sangat tergantung kepada keterampilan konselor dalam membina pertalian dengan klien, serta kedalaman masalah dan faktor lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Total Pageviews