MODEL-MODEL
BIMBINGAN dan KONSELING INOVATIF
PARADIGMA
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan
psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan
kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas
dalam kajian-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan
peserta didik.
VISI
Visi profesi konseling adalah terwujudnya kehidupan
kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam
pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu
berkembang.
Konseling tidak lagi hanya dipelajari sebagai seperangkat
teknik, melainkan sebagai kerangka berpikir dan bertindak yang bernuansa
kemanusian dan keindividuan.
MISI
Misi konseling difokuskan pada :
a.
Misi pendidikan. Yaitu mendidik peserta didik
dan warga masyarakat melalui pengembangan perilaku efektif-normatif dalam
kehidupan
b.
Misi pengembangan. Yaitu memfasilitasi
perkembangan individu di dalam satuan pendidikan formal dan non formal.
c.
Misi pengentasan masalah, yaitu membantu dan
memfasilitasi pengentasan masalah individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari
efektif.
KONSELING
TRAIT AND FACTOR
Ahli Utama
Edmund G. Williamson
Pandangan Hakekat Manusia
Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk.
Manusia bersifat bergantung dan hanya berkembang secara optimal di
tengah-tengah masyarakat. Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik (good
life). Setiap individu mempunyai
sejumlah kemampuan dan potensi yang merupakan ciri-ciri kepribadian (traits).
Peranan Konselor
Menempatkan diri sebagai guru. Bersedia mengarahkan klien
kearah yang lebih baik. Tidak netral sepenuhnya terhadap nilai-nilai. Mengajar
individu mengenali motivasi-motivasinya, mengajar individu mengubah perilakunya
menjadi perilaku yang memadi untuk mencapai tujuan peribadinya.
n Trait-Factor Conseling : menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan
penerapan pemahaman itu dalam memecahkan problem-problem yang dihadapinya.
n Asumsi
dasar pertama kali yang berkembang,
bahwa tingkah laku manusia dapat diatur dan diukur. Pengukuran/tes
merupakan elemen pokoknya.
n Traits
: suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan
berperilaku.
n Misal
: intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku).
n Traits-Factor
berpandangan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasi sejumlah
ciri (hasil tes psikologi) yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Ciri-ciri dasar yang ditemukan disebut factors.
n Traits-factors
dikenal dengan nama directive conseling atau conselor-centered conseling,
karena konselor secara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses konseling
dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan klien demi kebaikan klien sendiri.
n Corak
konseling traits-factor menilai tinggi kemampuan manusia untuk berpikir
rasional dan memandang masalah klien sebagai problem yang harus dipecahkan
dengan menggunakan kemampuan tersebut.
Tujuan Konseling
n
Untuk mengajak klien berpikir mengenai dirinya
dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari
masalah tersebut.
n
Konseling trait and factor dimaksudkan untuk
membantu klien mengalami :
- Klarifikasi – diri (self – clarification)
- Pemahaman – diri (self – understanding)
- Penerimaan – diri (self acceptance)
- Pengarahan – diri (self – direction)
- Aktualisasi – diri (self – actualization)
HUBUNGAN KONSELING
Konseling trait & factor ditandai dengan ciri-ciri
situasi hubungan sebagai berikut :
a.
Konseling merupakan thinking relationship yang
lebih menekankan peranan berpikir rasional walaupun tidak sama sekali
meninggalkan aspek emosional
b.
Konseling berlangsung dalam situasi hubungan
yang bersifat pribadi, akrab dan empatik
c.
Konseling yang berlangsung dapat bersifat
remidiatif maupun developmental
d.
Masing-masing pihak baik konselor maupun klien
melakukan peranannya secara proporsional
Tehnik Konseling
a.
Menciptakan hubungan baik. Konselor perlu
menciptakan suasana hangat, bersikap ramah dan akrab dan menghilangkan
kemungkinan situasi bersifat mengancam
b.
Mengembangkan pemahaman diri. Usaha pertama
konselor adalah membantu klien lebih mampu memahami diri sendiri yang mencakup
segala kelebihan dn kelemahannya.
c.
Menasehati atau merencanakan program tindakan.
Konselor membantu klien merencanakna program tindakan.
d.
Pelaksanaan rencana. Rencana program tindakan
yang telah dibuat, diikuti pengambilan keputusan klien untuk dilaksanakan.
e.
Rujukan. Kemampuan konselor ada batas-batasnya,
maka konselor hendaknya mengirim klien kepada pihak lain yang lebih berwenang.
Proses Konseling
a.
Analisis. Merupakan langkah awal
konseling Trait & Factor yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi tentang diri klien dan latar kehidupannya.
b.
Sintesis. Usaha merangkum,
menggolong-golongkan serta menghubung-hubungkan data yang telah dikumpulkan
sehingga tergambarkan keseluruh pribadi klien.
c.
Diagnosis. Menarik kesimpulan logis
mengenai masalah-masalah yang dihadapi klien atas dasar gambaran pribadi klien
hasil analisis dan sintesis.
Identifikasi masalah
Pada tahap ini dirumuskan masalah
yang dihadapi klien saat ini.
Etiologi, menentukan
sebab-sebab timbulnya masalah. Ada dua sumber masalah, yaitu sumber internal
dan sumber eksternal.
Prognosis. Prognosis
berkaitan dengan upaya untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi berdasarkan data yang ada.
d.
Konseling.
Konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan proses pemberian bantuan, tetapi
juga dapat dipandang sebagai salah satu tahap proses konseling. Analisis,
sintesis, diagnosis, dan prognosis dapat dilakukan konselor sebelum konseling.
Pada
tahap konseling dilakukan pengembangan alternative pemecahan masalah, pengujian
alternatif dan pengambilan keputusan.
a.
Pengembangan alternatif pemecahan masalah
Beberapa strategi yang dapat
ditempuh dalam pengembangan alternative terdiri atas :
Forcing conformity, suatu
saat klien dihadapkan pada posisi yang tidak mengenakkan.
Changing Attitude.
Dalam berbagai kasus, masalah klien dapat diselesaikan melalui mengubah
sikap-sikap yang ditampilkan selama ini yang diduga menjadi penyebab timbulnya
masalah yang dialami klien.
Learning The Needed Skills.
Banyak klien yang gagal mencapai tujuan, karena ia tidak terampil.
Selecting The Appropriate Environment.
Dalam keadaan tertentu perubahan sikap dan perilaku klien sulit dilakukan
karena lingkungan yang tidak memungkinkan untuk melakukan perilaku-perilaku
yang dimaui.
Changing Environment.
Beberapa masalah timbul karena lingkungan yang tidak mendukung.
b.
Pengujian Alternatif Pemecahan Masalah.
Diantara sejumlah alternative
yang dikembangkan manakah yang akan diimplementasikan? Untuk menentukan mana
alternatif yang diimplementasikan perlu diuji kelebihan dan kelemahan,
keuntungan dan kerugian, faktor-faktor pendukung dan penghambat apabila
alternatif tersebut dilaksanakan.
Tabel contoh hal-hal yang
harus dipertimbangkan ketika seorang klien merancang program kelanjutan studi
atau bekerja setelah tamat dari SMU
Alternatif
|
Nilai (+)
|
Skor
|
||||
Prestise
|
Ekonomi
|
Bakat
|
Minat
|
Jodoh
|
||
Melanjutkan kuliah
|
||||||
Bekerja
|
||||||
Bekerja sambil kuliah
|
c.
Pengambilan Keputusan.
Alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang diuji ditentukan manakah
yang akan dilaksanakan.
d.
Follow up
Langkah
follow-up dapat diartikan sebagai hal-hal yang perlu direncanakan dari
alternatif yang dipilih untuk dikembangkan dan/atau tindak lanjut dari
alternative yang telah dilaksanakan di lapangan.
Salah satu model pendekatan konseling yang ingin ditawarkan
melalui diklat ini adalah model pendekatan trait & factor (directive)
yang dikembangkan Edmund Williamson. Pendekatan konseling tersebut, kendati
tergolong klasik, masih relevan untuk menjawab kebutuhan terhadap teknik
konseling yang efektif. Ada beberapa alasan antara lain, pendekatan ini relatif
sederhana dan terstruktur, cocok dengan corak bimbingan dan konseling di
sekolah-sekolah kita yang lebih berwatak edukatif daripada klinis, demikian pula
sifatnya yang direktif sangat cocok dengan pola paternalistik yang berkembang
dalam budaya hubungan antara pendidik (orang tua) dan siswa (anak).
Konseling trait & factor mengembangkan
teknik-teknik khusus seperti yang dikembangkan oleh Williamson. Teknik tersebut
meliputi :
1.
Menciptakan rapport (establishing rapport),
yaitu teknik menciptakan hubungan baik konselor-klien yang diwarnai suasana
hangat, bersikap ramah dan akrab serta sedapat mungkin meminimalkan situasu
yang mengancam klien.
2.
Mengusahakan pemahaman diri (cultivating
self-understanding), yaitu teknik membantu klien agar mampu memahami diri
sendiri baik itu yang mencakup kelebihan dan kelemahannya.
3.
Memberikan saran atau merencanakan program
tindakan (advising or planning a program of action), yaitu teknik
membantu klien dalam merencanakan tindakan.
4.
Melaksanakan rencana (carrying – out the plan),
yaitu teknik membantu klien untuk melaksanakan rencana-rencana sebagai wujud
pengambilan keputusan oleh klien.
5.
Melakukan alih tangan (refferal), yaitu
teknik mengalih-tangankan ke pihak lain (orang/lembaga) yang lebih berwenang.
PROSES
KONSELING SECARA UMUM
A.
PENDAHULUAN
1.
Menyambut kehadiran klien
2.
Menciptakan hubungan yang baik
3.
Mendengarkan keluhan klien
4.
Mempersetujukan tujuan
B.
INTI
5.
Mengumpulkan informasi
6.
Menganalisis informasi
7.
Merumuskan/menetapkan masalah dan penyebabnya
8.
Mencari beberapa kemungkinan jalan keluar
9.
Memilih jalan keluar yang paling tepat
10. Merencanakan
pelaksanaan jalan keluar
11. Memberi
pertolongan menuju jalan keluar, untuk dilakukan di dalam dan di luar
C.
PENUTUP
12. Membuat
kesimpulan
13. Menutup
pertemuan
PANDUAN
PRAKTIK KONSELING TRAITS AND FACTOR
A.
OPENING
- Menyambut dan menerima klien dengan penuh perhatian, kehangatan dan ketulusannya
- Membuka pembicaraan dengan topik-topik netral
(seperti : berita aktual yang
sekiranya klien menguasainya, hobby, tempat tinggal, keluarga dan sejenisnya)
- Membuka pembicaraan tentang maksud dan tujuan klien
- Menjelaskan kedudukan akan peran klien dan konselor selama proses konseling
- Mendengarkan sejenak permasalahan yang diungkapkan klien, untuk mengenali permasalahan yang sedang dialami atau membelenggu klien
B.
TAHAPAN KONSELING
- Menganalisis
a. Mengurai berbagai aspek pribadi dan
lingkungan yang signifikan dengan
problem klien
(Aspek prestasi, hubungan sosial, kondisi
ekonomi, kebiasaan, ketrampilan berkomunikasi, moral dan agama, dst)
b. Keseluruhan aspek yang relevan yang diungkap
c. Kedalaman setiap aspek yang digali
d. Penggunaan variasi teknik mendengarkan
(listening)
2.
Sintesis
a. Penyimpulan setiap aspek yang diungkap
b. Ketajaman dalam pembuatan simpulan
c. Penyerahan pembuatan simpulan oleh klien
d. Ketepatan penggunaan teknik interview
(summary)
3.
Diagnosis
a. Pembuatan gambaran keseluruhan keadaan klien
baik kekuatan maupun kelemahan klien
(summary) Identifikasi masalah berdasarkan hasil deskripsi gambaran menyeluruh
b. Penetapan sumber penyebab masalah (etiologi)
c. Tingkat penyerahan penentukan butir 3a, b,
dan c kepada klien
4.
Prognosis
a. Memprediksikan permasalahan klien
b. Pemberian kesempatan pada klien untuk
mendeskripsikan apa yang terjadi bila problem
klien diatasi, dan bila tidak diatasi
c. Bertanya kepada klien untuk memahami apa yang
akan dialaminya di kemudian hari atau
pada kurun waktu tertentu
d. Mendiskusikan alternatif pemecahan masalah
yang bertumpu pada kemampuan klien dan
oleh klien
e. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang
hendak dilakukan
- Konseling (treatment)
a. Mendiskusikan tindakan-tindakan nyata sebagai
tindakan pelaksanaan alternatif yang
dipuskan
b. Mensimulasikan (rehearsal) tindakan yang
hendak dilakukan
c. Meyakinkan bahwa klien benar siap hendak
melaksanakan alternatif pilihannya
C. TERMINATIsON/MENGAKHIRI
SESION KONSELING
- Penyimpulan
a. Menyimpulkan keseluruhan hasil akhir dari
sesion yang telah dilakukan
b. Penyerahan pembuatan simpulan oleh klien
alih-alih konselor
c. Memberikan penguatan atas simpulan yang
dibuat klien dan memberikan tambahan
simpulan yang barangkali tidak dikemukakan klien
- Kontrak sesion berikutnya
a. Menentukan kapan dan dimana sesion berikut
akan dilakukan
b. Menetapkan topik yang hendak dibahas atau
dilaporkan pada sesion berikut
c. Memberikan dorongan keyakinan akan
keberhasilan klien bila ia akan menjalankan
alternatif pemecahan masalah
d. Menutup sesion konseling dengan memberikan
jabat tangan dan menghantar klien ke luar dari ruang konseling
KONSELING
YANG BERPUSAT PADA KLIEN
Landasan filosifis konseling yang berpusat pada klien
C.R. Rogers, sebagai tokoh utama konseling yang berpusat pada klien,
memandang manusia pada dasarnya rasional, sozialized, ingin maju dan realistis
Manusia dipandang memiliki martabat tinggi, memiliki hak untuk menyatakan
keluhan dan isi hatinya. Penghampirannya bersiat fenomenologis.
Secara psikologis individu dianggap memiliki kapasitas untuk menghayati
kesadarannya dalam mengadakan penyesuaian diri, dan mampu menjauhkan diri dari
ketidak sesuaian. Secara filosofis individu dipandang memiliki kapasitas untuk
membimbing, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri, apabial berada pada
kondisi tertentu.
Menurut Rogers, martabat klien berbeda dari martabat pasien. Konseling
dipandangnya sebagai usaha bersama antara klien dengan konselor dan klien
merupakan “tenaga ahli’ tentang dirinya sendiri. Bukanlah konselor yang “tahu”
tentang diri klien, dan tidak seperti dalam hubungan pasien dengan dokter.
•
Konseling
ini disebut konseling non-directive untuk membedakan dari corak konseling yang
mengandung banyak pengarahan dan kontrol terhadap proses konseling dari pihak
konselor.
•
Cara
berperilaku seseorang dan cara menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang
dihadapinya selalu sesuai dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri dan
keadaan yang dihadapinya.
•
Keadaan
tertentu yang secara objektif mungkin
sama bagi dua orang, akan dihayati dengan lain-lain cara.
•
Penghayatan
dan kesadaran akan dirinya sendiri dengan semua
perasaan, pandangan, dan ingatan membenuk apa yang disebut konsep diri (self-concept).
•
Gambaran mengenai Siapa saya ini menurut pandangan saya;
Siapa saya ini sebenarnya; Saya bercita-cita menjadi orang yang bagaimana; Saya
seharusnya menjadi orang yang bagaimana.
•
Persoalan
timbul jika ada petentangan antara siapa saya ini sebenarnya (real self) dan
saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self).
C.R. Rogers memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk
tumbuh dan mengaktualisasikan diri, memiliki martabat yang tinggi. Hal ini
tercermin dalam konseling yang dikembangkan olehnya, yang memerikan kebebasan
penuh kepada klien untuk menyatakan isi hati perasaannya. Konselor bertugas
memantulkan perasaan klien, sehingga berdasarkan pantulan itu terjadilah
insight pada klien.
Karakteristik kegiatan konseling yang berpusat pada klien.
Konseling yang dilakukan oleh Rogers ini telah berkembang Cepat, tidak
hanya dapat therapi individual saja, akan tetapi dalam kelompok, permainan,
administrasi dan perusahaan, berbagai aspek pekerjaan dan tugas keagamaan.
Pendekatan yang dilakukan oleh Rogers ialah fenomenologis, sehingga
segala sesuatu yang ada di lingkungan turut diperhitungkan. Latar belakang
kehidupan individu, nilai, norma yang dianut serta segala sesuatu yang mewarnai
tingkah lku klien akan menjadi landasan penting dalam mengadakan terapi.
Harper 1959
mengemukakan tujuh karakteristik yang berusat pada klien yaitu :
a.
Ada
usaha yang gigih dan consistent dari konselor untuk memahami isi pembicaraan
dan perasaan yang diungkapkan klien melalui kata-kata, isyarat tangan dan sinar
muka.
b.
Ada
usaha untuk mengkomunikasikan hasil usaha pemahaman tadi pada klien, melalui
kata-kata atau dengan sikap yang ramah dan menarik.
c.
Menyajikan
hasil sintese dari perasaan yang telah diungkapkannya.
d.
Mengakui
kemampuan klien untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
e.
Apabial
tanya jawab dan pemberian informasi tampaknya relevan dengan usha klien dalam
mengetahui masalahnya, klien itu pun merasa terpanggil. Akan tetapi akan
diingkari apabila meningkatkan ketergantungan klien pada konselor.
f.
Di sat
konselor memotong kalimat klien, untuk meyakinkan kebenaran apa yang
didengarnya dari klien, hendkanya tidak memberikan tafsiran lain, kecuali
mengikhtisarkan perasaan klien.
g.
Konselor
tidak mencoba mengusulkan wawaan secara langsung, atau memberi nasihat, hadiah,
atau mengajari suatu program kegiatan, atau meminta agar klien mengadakan
eksplorasi.
Corak konseling ini berpijak pada beberapa keyakinan dasar tentang
martabat manusia dan hakikat kehidupan manusia.
a.
Setiap
manusia berhak mempunyai pandangan-pandangan sendiri dan menentukan haluan
hidupnya sendiri, serta bebas untuk mengejar kepentingannya sendiri selama
tidak melanggar hak-hak orang lain.
b.
Manusia
pada dasarnya berakhlak baik, dapat diandalkan, dapat diberi kepercayaan, dan
cenderung bertindak secara konstruktif.
c.
Manusia
seperti makhluk-makhluk hidup yang lain, membawa dalam dirinya sendiri,
kemampuan, dorongan, serta kecenderungan untuk mengembangkan diri sendiri
semaksimal mungkin.
d.
Cara
berperilaku seseorang dan cara
menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang dihadapinya, selalu sesuai
dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri dan keadaan yang dihadapi.
e.
Seseorang
akan menghadapi persoalan jika diantara unsur-unsur dalam gambaran terhadap
diri sendiri timbul pertentangan-pertentangan, lebih-lebih antara siapa saya
ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang yang
bagaimana (ideal self)
Untuk mencapai efektivitas penggunaan konseling yang berpusat pada klien
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.
Perubahan
kepribadian yang positif tidak akan terjadi, kecuali dalam pertalian
psikologis, adanya kesadaran kedua belah pihak akan perlunya kontak pribadi.
b.
Perubahan
psikotherapeutik terjadi apabila klien dalam keadaan tidak serasi, yaitu
pengalaman aktualnya berbeda dari gambaran dirinya (self picture).
c.
Konselor
hendaknya mempunyai pertalian yang terintegrasikan dan serasi.
d.
Konselor
hendaknya tidak pamrih terhadap kliennya dan menunjukkan sikap positif terhadp
klienya.
e.
Konselor
hendaknya menghayati pemahaman klien akna penglamannya secara empatik itu
berarti menghayati internl frame of reference klien.
f.
Klien
hendaknya menghayati bahwa konselor menerima sikap kliennya, sepanjang dalam
hubungan klien konselor. Tingkah laku dan ucapan konselor hendaknya dihayati
klien sebagai usaha konselor dalam memahami dirinya.
Metoda konseling yang berpusat pada klien
Gagasan C.R. Rogers
tentang konseling akan efektif digunakan apabila konselor mampu membentuk
pertalian pribadi yang subyektif dengan klien. Pertalian ini tidaklah seperti hubungan
ilmuwan dengan obyek penelitiannya, tidak pula seperti dokter dengan pasiennya,
tapi sebagai pribadi dengan pribadi.
Proses Konseling
Rogers mengungkapkan
beberapa prinsp proses konseling yang dilukiskan dalam empat tahapan :
-
Menciptakan
pertalian konseling menggambarkan kualitas ikatan sosial yang berbeda dari
ikatan yang pernah dihayati klien.
- Menciptakan raport sehingga terbentuk keakraban, kehangatan dan reponsiveness dan secara berangsur berkembang menjadi pertalian emosional yang mendalam.
- Bersikap permissive berkenaan dengan ekspresi perasaan, sehingga klien mampu mengekspresikan segala dorongan dan keluhannya.
- Terdapat kebebasan penuh pada klien untuk menyatakan segala perasaannya, namun ada keterbatasan waktu dalam konseling.
- Pertalian konseling hendaknya bebas dari tekanan atau paksaan
-
Releasing
expression. Salah satu
tujuan konseling paling berarti adalah membuka tabir yang ada di balik sikap,
perasaan dan dorongan-dorongan yang menjadi sumber masalah dan konflik
individu.
- Konselor hendaknya lebih memperhatikan respon yang bersiat emosional, daripada intelktual.
- Menanggapi perasaan negatif, dengan jalan menaruh perhatian pada keluhan klien, sekalipun keluhannya mendangkal. Konselor hendaknya dapat meyakinkan klien yang selalu membesar-besarkan situasi, yang sebenarnya belum tentu negatif.
- Menanggapi perasaan yang ambivalen, dengan jalan memberikan kesempatan berdiskusi dalam mengungkapkan perasaannya itu.
- Sikap terhadap konselor. Klien kadang-kadang menampakkan sikap tertentu terhadap konselor atau terhadap situasi konseling. Konselor hendaknya tidak segera menanggapi serangan klien terhadap dirinya sebagai serangan terhadap pribadinya. Hendaknya ditafsirkan bahwa sikap klien tersebut tertuju kepada pengalaman konselingnya.
-
Tercapainya insight. Mengendurkan perasaan dan sikap emosional
klien yang disebabkan pertalian konseling, membawa kepada tahapan tercapaian insight
(wawasan). Insight pada klien, berkembang kepada pemahaman yang lebih berarti.
-
Tahap penutupan. Apabila klien telah mengembangkan insight dn pemahaman diri serta telah
memilih tujuan yang sesuai dengan dengan lingkungan tempat hidupnya, konseling
telah sampi pada puncak penutupan. Klien memperoleh insight yang segar dalam
nuraninya, sehingga bertambah kaya perilakunya yang mengarah pad pencapaian
tujuan.
Lamanya proses
konseling sangat tergantung kepada keterampilan konselor dalam membina
pertalian dengan klien, serta kedalaman masalah dan faktor lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar