PEMANGSAAN, HERBIVORA, PARASITOIDISME DAN PARASITISME

Senin, 28 November 2011

A.    PEMANGSAAN, HERBIVORA, PARASITOIDISME DAN PARASITISME
Pemangsaaan (Predation) dapat ditafsirkan secara sederhana, yaitu konsumsi suatu mahluk (sebagai mangsa) oleh mahluk lain (pemangsa = predator) dan mangsa tersebut masih dalam keadaan hidup ketika pemangsa menyerang pertama kali. Lin dengan detrifori yaitu konsumsi bahan organic yang telah mati.
Penggolongan pemangsa dapat disebutkan sebagai berikut :
1)      Karnivor, ialah golongan hewan yang mengkonsumsi hewan.
2)      Herbivor ialah golongan hewan yang mengkonsumsi tumbuhan.
3)      Omnivor ialah golongan hewan yang mengkonsumsi baik hewan maupun tumbuhan.
Sedangkan istilah “to graze” telah mengalami perubahan menjadi “Grazing” dan “Grazers” mengandung arti suatu tipe pemangsaaan tetapi mahluk yang dimangsa tidak dibunuh, hanya bagian tubuhnya dimakan dan sisanya dibiarkan dengan potensi dapat regenerasi.
Sedangkan fungsional pemangsa dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu : pemangsa sejati, “Grazers”, parasitoid, dan parasit.
Pemangsa sejati, mengkonsumsi mangsanya segera sesudah serangannya berhasil, dan selama hidupnya pemangsa sejati membunuh beberapa atau banyak individu mangsa yang berlainan. Sering kali pemangsa sejati memakan seluruh tubuh mangsanya, tetapi ada juga yang hanya memangsa sebagian tubuh mangsanya saja. Pemangsa sejati tersebut misalnya, harimau, burung garuda, tumbuhan karnovor, rodentia pemakan biji-bijian, semut juga ikan paus pemakan plankton.
“Grazers juga membunuh sejumlah besar mangsa dalam hidupnya, tetaip mereka hanya mengambil bagian dari tiap indibidu mangsanya, tidak seluruh tubuhnya. Pengaruhnya terhadap individy mangsa, tidak seluruh tubuhnya. Pengaruhnya terhadap individu mangsa berbeda-beda, tetapi bersifat merugikan. Dalam jangka pendek serangannya tidak letal. Contoh “Grazers” adalah vertebrata besar seperti domba dan sapi, demikian pula lalat yang mengisap darah manusia, dan juga lintah.
Parasit bersifat seperti “grazers” yaitu mengkonsumsi hanya bagian dari mangsa (inang = hospes) bukannya keseluruhan dari tubuh. Dan seperti juga “grazers” dalam jangka pendek tidak menyebabkan letal, tetapi bersifat merugikan. Berbeda dengan “grazers” serangan parasit memusat pada satu hanya beberapa individu selama hidupnya. Dari hal tersebut menggambarkan adanya semacam keakraban antara parasit dengan inangnya, dan hal yang semacam itu tidak ditemukan pada mangsa dengan pemangsa sejati dan “Grazers”. Contohnya adalah cacing pita, cacing hati, virus cacar dan Hycobacterium tuberculosis.
Parasitoid adalah sekelompok insect yang dikelompokkan dengan dasar perilaku bertelur betina dewasa dan pola perkembangan larva selanjutnya. Terutama untuk insect dari ordo Hymenoptera, dan juga meliputi banyak Diptera. Mereka hidup bebas pada waktu dewasa, tetapi betinanya bertelur di dalam, pada atau dekat insect lain. Larva parasitoid berkembang di dalam (atau jarang pada) individu inang yang masih tingkat pre-dewasa. Pada awalnya hanya sedikit kerusakan yang tampak ditimbulkan terhadap inangnya, tetapi akhirnya hampir dapat mengkonsumsi seluruh inangnya dan dengan demikian makan dapat membunuh inang tersebut sebelum atau sesudah stadium kepompong (pupa). Jadi parasitoid dewasa, bukan inang dewasa yang akan muncul dari kepompong. Sering hanya satu parasitoid yang berkembang dari tiap inang, tetapi pada beberapa kejadian beberapa individu hidup bersama dalam satu inang. Jelasnya parasitoid hidup bersama akrab dengan individu inang tunggal (seperti pada parasit), mereka tidak menyebabkan kematian segera atas inang (seperti pada parasit), mereka tidak menyebabkan kematian segera atas inang (Seperti parasit dan juga “Grazers”), tetapi juga dapat menyebabkan kematian (seperti pemangsa).
Herbivore dapat bertindak sebagai pemangsa sejati, atau sebagai “Grazers” atau sebagai konsumen parasitic, di samping itu bahan yang di konsumsikanpun dapat berupa individu berujud seluruh tumbuhan, atau module tumbuhan secara keseluruhan atau hanya bagian-bagian module. Pengaruh herbivore pada tumbuhan tergantung pada permasalahan pada bagian tumbuhan yang mana dipengaruhi, dan waktu penyerangan terhadap tumbuhan tersebut. Pengunyahan daun, pengisapan getah, konsumsi meristem, perusakan bunga dan buah, dan pemutusan akar, semuanya akan berpengaruh berbeda-beda terhadap tumbuhan. Biasanya tumbuhan hidup dalam jangka pendek, sehingga rawannya pengaruh Herbivora tergantung pada tanggapan tumbuhan itu sendiri. Mineral atau zat hara , mungkin dialihkan dari suatu bagian ke bagian yang lainnya. Atau metabolisme secara keseluruhan dapat berubah atau laju nisbi pertumbuhan akar, pertumbuhan tunas dan reproduksi berubah, atau bahan kimiawi atai jaringan protektif khusus dapat pula diproduksi. Secara keseluruhan pengaruh suatu herbivor dapat lebih drastic dari pada yang tampak, atau kurang drastic. Jadi tidak hanya yang tampak saja yang perlu mendapatkan perhatian.
Pengaruh negative secara kuantitatif cenderung kecil pada populasi yang berinteraki yang memiliki sejarah perkembangan evolusi dalam suatu ekosistem yang mantap. Seleksi atau alam menjurus ke arah bekurangnya pengaruh yang merusak atau menjurus ke arah berkurangnya pengaruh yang merusak atau menjurus ke penghilangan interaksi tersebut sama sekali, karena penekanan secara ganas dan berkesinambungan atas populasi mangsa oleh populasi pemangsa atau populasi inang oleh populasi parasit dapat menuju kepada kepunahan satu atau kedua populasi yang bersangkutan. Interaksi ganas paling sering dapat diamati apabila interaksi berasal dari masa kini (bila dua populasi berasosiasi baru pertama kali) dalam ekosistem, misalnya karena ulah manusia. Hal ini sering disebut sebagai “prinsip pathogen langsung jadi” (the principle of the instant pathogen) yang menjelaskan tentang mengapa manipulasi yang tidak terrencana atau terrencana secara buruk sering menuju ke epidemi.



B.     PERSAINGAN
Mahluk tidak exis dalam ruang dan waktu secara sendirian, tetapi salam suatu ,matrik dengan mahluk lain yang tergolong dalam berbagai spesies. Banyaknya spesies dalam suatu daerah tidak akan terpengaruh oleh adanya mahluk lain, tetapi dalam beberapa kasus satu atau beberapa spesies akan berinteraksi. Jadi dapat dikatakan bahwa populasi suatu spesies akan berbeda dengan adannya atau dengan tidak adanya spesies kedua.
Akibat positif maupun negative dapat terjadi karena adanya interaksi tersebut. Interaksi positif. Misalnya yang disebut mutualisme, merupakan kehidupan bersama antara dua spesies yang saling menguntungkan, contohnya adalah antara bakteri dan rumen sari. Dengan adanya bakteri dalam rumen, memungkinkan sapi dapat mencerna cellulose, sedangkan bakteri sendiri mendapat keuntungan karena dapat hidup dalam lingkungan yang hangat dan sesuai untuknya. Contoh interaksi positif lainnya adalah komensalisme, merupakan kehidupan bersama antara dua spesies tetapi hanya satu spesies yang mendapat keuntungan, sedangkan spesies yang lain tidak terpengaruh oleh adanya interaksi tersebut, misalnya algae tumbuh pada carapax kuratura. Sedangkan yang tergolong dalam interaksi negative misalnya persaingan antara dua spesies yang menimbulkan kerugian atau penderitaan pada kedua spesies yang hidup bersama tersebut. Dan contoh lainnya adalah pemangsaaan seperti yang telah diterangkan di muka.
Ada dua bentuk persaingan yang ditakrifkan menurut Birch (1957) yaitu :
1.      Persaingan sumber daya (resource competition) terjadi bila sejumlah mahluk ( yang sama atau berbeda spesies) menggunakan sumber daya bersama yang ketersediaanya sedikit.
2.      Persaingan saling merugikan (interference competition) terjadi bilamana mahluk dalam mencari sumber daya akan saling merugikan walaupun sumber daya tersebut ketersediaanya tidak sedikit. Perlu diingat bahwa persaingan tersebut dapat interspesifik (antara dua atau lebih spesies) atau intraspesifik (antara anggota spesies yang sama).
Persaingan dapat mengenai sumber daya dan bermacam-macam sumber daya merupakan pusat interaksi kompetitif. Untuk tumbuhan, cahaya, zat hara dan air adalah sumber daya yang penting. Tetapi tumbuhan juga dapat bersaing mengenai penyerbuk atau mengenai tempat melekat. Untuk hewan, air, makanan dan lawan jenis berkembangbiak adalah contoh sumber persaingan. Persaingan untuk ruang juga terjadi pada beberapa jenis hewan dan mungkin meliputi beberapa keperluan khusus misalnya tempat bersarang dan tempat yang aman dari gangguan pemangsa.
Beberapa konsekuensi persaingan perlu diperhatikan antara lain :
1)      Hewan tidak perlu melihat atau mendengar atau berjumpa dengan kompetitornya. Suatu spesies yang makan suatu jenis tumbuhan pada siang hari mungkin bersaing dengan spesies yang makan tumbuhan yang sama pada malam hari, karena ketersediaan tumbuhan tersebut terbatas.
2)      Kebanyakan mahluk yang dapat dilihat atau dapat didengar oleh seekor hewan tidak menjadi competitor. Hal tersebut akan lebih tampak jika ada sumnerdaya yang dipergunakan bersama. Oksigen misalnya adalah contoh sumber daya yang digunakan oleh kebanyakan hewan terrestrial, tetapi persaingan untuk mendapatkan oksigen tidak terjadi, sebab oksiigen tersedia melimpah.
3)      Persaingan antara tumbuhan biasa terjadi antara individu yang berakar di tempat yang sama, jadi berbeda dengan persaingan antara hewan yang bergerak. Penjarakan merupakan hal yang penting dalam persaingan tumbuhan tersebut.
Untuk membuat hipotesis tentang apakah yang terjadi bila spesies hidup bersama, baik menggunakan makanan yang sama, atau merupakan parasit terhadap yang lain, telah digunakan model-model matematik secara extensif. Model yang paling baik untuk fenomena tersebut adalah yang dikenal sebagai persamaan lotka volterra yang disusun secara tersepisah oleh Lotka (1925) di USA dan volterra (1926) di italia. Kedua tokoh tersebut menyusun dua perangkat persamaan yang berlainan, satu perangkat diterapkan pada situasi pemangsa-mangsa, sedangkan satu perangkat yang lain pada situasi non predatori, meliputi persaingan untuk makanan dan ruang.
Persamaan lotka-volterra yang menggambarkan persaingan antara mahluk tersebut makan dan ruang adalah berdasarkan data kurva logistic sebagai berikut :
Persamaan logistic sederhana untuk spesies 1
dN1dt  = r1 N1 [K1-N1K1]
Persamaan logistic sederhana untuk spesies 2
dN2dt  = r2 N2 [K2-N2K2]
Dengan keterangan :
N1   =   besarnya populasi spesies 1
T     =   waktu
R1   =   laju pertambahan spesies 1 per kapita
K1   =   Kerapatan Asimtotik spesies 1
Dan keterangan tersebut berlaku untuk spesies 2

Jika kedua spesies berinteraksi, artinya saling mempengaruhi pertumbuhan populasi yang satu oleh lainnya, haruslah dimasukkan suku lain dalam persamaan-persamaan tersebut diatas.
Dalam banyak kejadian “ruang” yang dialami olrh individu spesies 2 tidak tepat sama dengan yang dialami oleh individu spesies 1. Mungkin spesies 2 individunya lebih besar sehingga memerlukan makanan yang lebih banyak dari pada makanan yang di kandung oleh k1. Dengan alasan tersebut maka diperlukan suatu factor konversi untuk mengubah individu spesies 2 menjadi cacah yang ekuivalen dengna cacah individu spesies 1. Dapat dituliskan sebagai berikut :
N1 =  x N2
Hasil akhir dari persaingan tersebut tidak selalu diperkirakan atas dasar cacah yang dicapai oleh tiap-tiap spesies sendiri saja (misanya iklim dingin – lembab). Hal yang penting lagi adalah bahwa persaingan yang terjadi dalam iklim intermedient kadang-kadang confuse yang menang, kadang-kadang castaneum yang menang dan dalam biakan masing-masing hasil akhir tidak diperkirakan.
Hasil akhir experiment pesaingan Tribolium selalu spesies yang satu dipunahkan. Baik yang dewasa maupun yang larvae Tribolum adalah kanibal makan telur dan pupae mereka sendiri. Pemangsaaan kanibalistik adalah suatu proses majemuk dan bertanggungjawab atas mortalitas kutu gandum ini. Pada umumnya Tribolium castaneum lebih kanibalistik dari pada T. confosum. Persainmgan antara kedua kutu gandum bukan persaingan untuk makanan tetapi merupakan pemangsaan yang satu oleh yang lain secara spesifik.
Prinsip Gause atau yang disebut juga prinsip exklusif kompetitif menyatakan bahwa tidak ada dua spesies yang secara ekologi identik, dapat melakukan koexistensi. Hasil dari suatu kompetisi antara dua spesies yang serupa, hampir tidak pernah ada pada niche yang serupa, hampir tidak pernah ada pada niche yang serupa, masing-masing akan saling mengganti dengan berbagai cara, sehingga masing-masing akan memiliki jenis makanan dan cara hidup yang tertentu (Krebs, 1978).
Batasan Niche tersebut adalah menurut Elton, oleh karena itu salah satu dari competitor akan punah atau terusir. Prinsip exklusif kompetitif tersebut dapat diterima secara luas karena :
a)      Dapat dibuktikan
b)      Merupakan kenyataan yang secara logis bisa diterima
c)      Secara teoritik didasarkan dengan model lotka – volterra.
Walaupun demikian  kadang-kadang muncul satu kasus yang tidak dapat diterapkan pada prinsip tersebut. Kasus tersebut dapat disebabkan karena persaingan interspesifik yang merupakan pross yang sering bersamaan dengan adanya pola khusus, misalnya perbedaan niche.
Persaingan untuk ruang dapat digambarkan pada mahluk yang mempertahankan teritorialnya. Misalnya, jumlah burung yang bertambah dalam satu daerah, pada awalnya beberapa akomodasi mengenai besarnya territorial berbanding terbalik dengan besarnya populasi dan jumlah persaingan yang terlibat. Dengan mengecilnya ukuran territorial, maka akan terjadi intensifikasi persaingan dalam berkicau, kejar mengejar, dan mungkin saling berkelahi. Rupanya untuk sepasang burung diperlukan luas daerah minimum yang khusus agar berhasil dalam membangun sarang. Bila suatu daerah menjadi jenuh, maka akan terjadi gangguan dalam pembentukan sarang dan individu-individu yang menyerbu akan diusir keluar area tersebut (Bustard 1970, Healy, 1967).
Persaingan mengenai makanan misalnya pada ikan, ada kemungkinan terjadi pertumbuhan populasi, tetapi individu-individunya akan kerdil. Ada suatu kecenderungan biomassa suatu spesies diatur oleh ketersediaan makanan dan besar atau berat tubuhnya berbanding terbalik dengan cacah individu biasanya berakibat pertumbuhan individu bertambah <Parker 1958>. Ukuran besarnya tubuh Daphnia dan beberapa spesies mamalia tampaknya juga tergantung oleh kerapatan sampai sejauh batas tertentu, misalnya individu dengan ukuran tubuh kecil adalah karakteristik dari populasi yang besar. Jika terjadi berdesakan secara berlebihan, maka tingkatan sosial akan terjadi, dan hanya individu yang dominan yang bisa mendapatkan makanan dengan mudah.
Persaingan merupakan faktor yang paling penting dalam mengatur besarnya populasi, dan berperan dalam menentukan ketersediaan makanan, ruang, dan sumberdaya lain nya yang dibutuhkan untuk existensi maupun reproduksi indi­vidu.
Untuk mendeteksi sdanya suatu keberhasilan  dalam persaingan,  adalah adanya  kelangsungan   hidup   individu sebagai tanda keberhasilan awal, dan keberhasilan akhir akan menampakkan cacah yang paling dominan  dari  keturunan  yang telah mapan.  Persaingan yang  berbentuk  allelokimia baru diketahui  keberhasilan  pada  saat   awal nya. Persaingan, kecuali  allelokimia akan  membentuk   pengaruh   terhadap komunitas  hewan, diantaranya  :
1.      establishment <pemantapan> hirarkhi sosial
2.      pemantapan territorial
3.      pengaturan besarnya papulasi
4.      segregasi spesies dalam relung yang berbeda
5.      terjadinya spesies <spesiasi>
Dua pengaruh pertama tersebut di atas  terjadinya  terutama secara spesifik , pengaturan besarnya populasi terjadi. Secara intra dan interspesifik, dan dua pengaruh yang terakhir terlaksana secara interspeksi. Perlu diketahui bahwa bila pengaruh-pengaruh tersebut terlaksana sepenuhnya, maka akan terjadi pengurangan tegangan dan intensitas persaingan, karena tiap-tiap individu akan mengambil tempat masing-masing dalam komunitas.
Allelokimia contohnya adalah disekresikannya bahan kimiawi oleh suatu mahluk yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan, kesehatan dan perilaku mahluk lain. Sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman muda didekatnya. Sedangkan antibiotika dihasilkan oleh bakteri, fungsi, actinomycetes dan lichenes.
Pengaruh allelokimia berbeda-beda dalam tumbuhan dan hewan, ada yang berupa bahan yang menyebabkan mahkluk lain menjauhinya, missal yang disebut sebagai sebagai “repellant”, “suppressant”, dan bisa (venom) dan ada pula yang menyebabkan mahluk lain mendekatinya, missal “attractant”. Ada lagi apa yang dinamakan “pheromon”, merupakan bahan kimia yang mampu berlaku sebagai pembawa pesan dalam suatu spesies terutama dalam perilaku reproduktif, demikian pula dalam pengaturan dan pengakuan social, tanda bahaya dan pertahanan, penandaan jejak dan territorial, lokasi makanan dan sebagainya.

C.    INTERAKSI NEGATIF LAINNYA
Parasitisme adalah hubungan antara dua individu, yaitu antara parasit yang memperoleh keuntungan dan hospes yang dirugikan. Parasitisme tersebut terutama adalah mengenai koaxi dalam makanan, dan juga perlindungan parasit oleh inangnya. Suatu parasit tidak akan membunuh inangnya dengan segera, sebelum dapat menyelesaikan daur reproduksinya. Bila parasit segera membunuh inangnya segera setelah infeksi, maka parasit tidak bisa berreproduksi dan akan punah. Keseimbangan antara hospes dan parasit akan terganggu jika hospes tersebut menghasilkan antibody atau bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit terganggu jika hospes tersebut menghasilkan antibody atau bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit.
Menurut tempat hidupnya parasit dapat dibedakan menjadi :
1.      Ektoparasit yang hidupnya di luar tubuh hospes, misalnya kutu pada kepala manusia.
2.      Endoparasit, yang hidupnya di dalam tubuh hospes, missalnya dalam tractus digestivus, alat tubuh, jaringan darah, rongga tubuh dan lainnya.
Hewan dapat meriupkana parasit pada tumbuhan, misalnya wareng, cacing pada akar tumbuhan dan sebagainya. Tumbuhan dapat merupakan parasit pada hewan atau tumbuhan, misalnya bakteri dan fungsi yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada tumbuhan maupun hewan dan bahkan pada manusia. Parasitisme social adalah exploitasi suatu spesies oleh spesies lainnya.
Ektoparasit berkembang dari bentuk yang hidup bebas. Kebanyakan insect ektoparasit merupakan derivate dari karnivora, saprovora (penghisap cairan tumbuhan).
Sedangkan endoprasit mungkin berkembang langsung dari ektopaasit atau komensial. Parasit yang hidup dalam oxygen yang rendah, membuat perlawanan terhadap getah pencernaan hospes, dan berusaha agar tidak keluar bersama faeces. Karena keberhasilan parasit dalam menyesuaikamn diri dalam hospes, maka kebanyakan parasit kehilangan kemampuannya untuk hidup bebas. Spesialisasi bagi parasit internal adalah hilangnya lokomotor, indera dan alat pencernaan, karena semua itu sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi diganti dengan berkembangnya alat pelekat, bertambahnya kemampuan berkembangbiak, dan dalam beberapa hal mungkin ada polyembrioni, hospes antara, dan daur hidup majemuk.
Banyak parasit yang dalam keberadaannya hanya dalam hospes tunggal, sedangkan parasit yang lain memerlukan haspes-antara satu, dua, bahkan ada yang tidak Secara skologik dapat dipercaya bahwa hospes primer dan hospes antara suatu parasit berada dalam habitat atau komunitas yang sama.
Parasit  dipindahkan  diari  suatu  hospes  ke hospes lainnya oleh gerakan aktif parasit sendiri atau tertelan oleh hospes yanq makan telur perasit, spora, cyste, yang ada dalam makanan atau air minuinm dapat juga karena sentuhan tubuh (body contact) antara hospes, atau transportasi dari satu hospes ke hospes yang lain oleh vector.
Tiap-tiap parasit mempunyai hospes yanp khusus. Kopepoda adalah parasit yang agiannya luas di perbagai jenis komunitas dengan hospes yang berupa avertebrata sampai ikan. Acanthocephala ada yang terdapat dalam perut bssar jenis ikan tertentu saja. Tiap-tiap burung tersedia jenis cacing pita tersendiri, walaupun berbagai jenis burung hidup pada habitat yang sama.
Segregasi parasit ke dalam relung khusus ditunjukkan dengan spesies kutu penggigit yang terbatas hanya hidup di kepala atau daerah tertentu pada tubuh burung Nematoda tertentu ada yang hidup pada jaringan pengikat tetapi tidak terdapat pada tractus digestivus. Sebaliknya ada yang terdapat dalam tractus digestivus dan organ pencernaan lain, tetapi tidak terdapat pada jaringan manapun.
Menurut Kellog kekhususan hospes dapat menyebabkan taxcnomi parasit berguna dalam hubungan filogenetik parasit dengan hospesnya.
Yang dimaksud adalah suatu kondisi yang mempengaruhi tubuh atau bagian tubuh sedemikian rupa sehingga mengganggu fungsinya. Parasit tidak dapat menyebabkan kematian dengan segera, tetapi mungkin menyebabkan kerusakan struktur tubuh jika terjadinya secara berlebihan, dan dapat menyebabkan keinatian. Untuk memperklihatkan peranan parasit dalam  menimbulkan  penyakit. Berikut ini dicantumkan beberapa  contoh :
1.      Parasit cacing, seperti cacing pipih, nematoda, dan acanthocephala, dapat berkelana dalam tubuh hospes serta menyebabkan luka-Iuka mekanik sekaligus dapat merusak dan mengkonsumsi jaringan. Hospes mungkin dapat memberi reaksi dengan menimbulkan jaringan fibrosa sebagai kapsula atau kista di sekeliling parasit yang terbalut didalamnya.
2.      Parasit protozoa dalam saluran pencernaan maupun  dalam darah, misalnya  eimeria adalah  spesies  sprosoa  yang merusak dinding intestinura pada unggas sehingga menyebabkan coccidiosis, sedang Taxoplasma dapat  raenjadi  cysta pada otak rodentia.
3.      Bacteria penyebab berbagai jenis penyakit. misalnye TBC, paratypoid pada unggas maupun mamalia, bahkan pada hewan tingkat rendah.
4.      Virus yang faerukuran submikroskoplk, oiasanya penyebab penyakit mulut dan kuku pada ungulata <sapi? kuda, kijang dan sebagainya>, juga encephalitis pada anjing.
5.      Spora fungus Apergillus dapat menimbulkan Apergillus pada burung yang saat mengamibil makanan dari tanah, kemungkinan terhisap fungus yang terdapat di dalam seresah pinus tersebut ke dalam paru-parunya. Fungus tersebut dapat berkembangbiak dipermukaan eksternal tubuh.
6.      parasit eksternal seperti catak, pinjal, kutu kepala <tuma>, tungau dan lalat umumnnya tidak menimbulkan kematian, tetapi sering merupakan vektor penyebar protozoa, bakteria, dan virus dari suatu mahluk ke mahluk lain. Tetapi serbuan besar-besaran parasit external dapat menurunkan vitalitas atau kekuatan seekor hewan dapat menyebabkan penyakit pada bulu.
7.      Defisiensi zat hara dalam vitamin dan mineral, atau tidak seimbang antara hidrat arang , protein , dan lemak dapat menimbulkan cacat (malformasi) kekurangan kekuatan,   bahkan  dapat  mati,     perbedaan dalam jumlah, komposisi dan intensitas  radiasi matahari dapat mempengaruhi kandungan vitamin makanan yang dikonsumsi oleh hewan.
8.      keracunan  makanan,   botullisme,   terjadi      bilamana     makanan tertentu terkontaminasi dengan toxin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botolunium dapat terjadi pada unggas rawa yang menelan obat mesiu yang mungkin tertumpah di perairan rawa pada musim berburu.
9.      beban fisiologik, adalah istilah yang digunakah untuk perubahan yang ti dalam timbul tubuh gecara non-spesifik oleh baanyak hal yang berheda-beda yang dapat menyertai penyakit-penyakit. Pengaruh "stress" dapat berapa hilangnya nafsu makan dan kekuatan, timbui rasa nyeri dan ngilu, dan turunnya berat tubuh. Secara internal, sindrom "stress" mempunyai karakteristik mengecilnya secara akut alat-alat limfatik dan mengecilnya sel darah eosinofi, membesar dan bertambahnya aktivitas sekretorik bagian kortex adrenalis, dan berbagai perubahan susunan kimiawi darah dan jaringan.
Stress menimbulkan kbndisi abnormal, dan sekali gus menghapus mekanistne pertahanan tubuh untuk melawan kondisi yang abnormal tersebut. Ada tiga tingkatan stress, yaitu :
1.      tingkatan reaksi alarm, dalam  tingkatan  ini  belum ada adaptasi.
2.      tingkatan resistensi, pada  tingkatan  ini  adaptasi .   tubuh telah menjadi optimum, tingkatan  kehabisan tenaga,  adaptasi  yang  diperoleh telah hilang.
Ciri tingkatan kehabisan tpnaga antara lain hipoglikemia, hipertrofi kortikal adrenal, berkurangnya glikagen hati, dan keseimbangan nitrogen negatif.
10.  kecelakaan, penuaan,  keiaparan,  Juga merupakan  sebab penting dalam kematian.
Hakhluk yang dapat menimbulkan peryakit dalvi tubuh dapat dimasukkan salah satu dari dua kategori. Hereki dapat ada dalam tubuh sepanjang waktu, tetapi secara normal tidak virulen, atau normalnya tidak ada dalam tubuh tetapi begitu masuk ke dalam tubuh hospes, menjadi virulen  Sekalipun suatu makhluk sehat, secara kronik biasanya memiliki parasit atau mahlik yang merugikan pada tubuhnya, tetapi akan tampak pengaruhnya jika jumlahnya melimpah luar biasa dan ada strain mutan virulen, atau jika oleh salah satu sebab hospes menurun vitalitas dan resistensinya sampai haspes kehilangan kemampuannya untuk bertahan. Idealnya ada saling toleransi antara parasit dengan hospesnya sehingga tercipta keseimbangan antara tuntutan parasit dengan kemampuan hospesnya.
Serangan awal oleh beberapa penyakit sering menimbulkan imunitas terhadap serangan lebih lanjut oleh penyakit yang sama, meskipun penyebab penyakit masih terbawa dalam tubuh korfaan yang telah sembuh imunitas merupakan adaptasi fisiologik yang diperoleh suattu makhluk dan dengan adaptasi tersebut dapat melawan hadirnya makhluk yang semia merugikan tersebut atau hanya menderita sedikit karena datangnya parasit atau mahluk yang merugikan tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Total Pageviews