MASALAH – MASALAH BELAJAR
Disusun Oleh :
Rani
Kurniasih
K3110054
PROGRAM STUDI BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
MASALAH - MASALAH BELAJAR
A. Definisi Masalah Belajar
Masalah adalah
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu
hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu
yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau
orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dari definisi masalah
dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai
berikut :
“Masalah belajar adalah suatu
kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan”.
Masalah-masalah Belajar
adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri. Masalah-masalah
belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan
kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati
perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Masalah-masalah belajar
baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa,
sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu
sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi
guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses
belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan
pengorganisasian belajar.
Kesulitan belajar siswa
mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
(a) learning disorder;
(b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning
disabilities.
Di bawah ini akan
diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.
Learning
Disorder atau kekacauan belajar
adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,
potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar
yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang
sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.
2.
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau
gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
3.
Under Achiever mengacu
kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :
siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa
saja atau malah sangat rendah.
4.
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu
belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya.
B. Faktor – Faktor Kesulitan Belajar
1.
Faktor Internal
a. Ciri Khas/Karekteristik Siswa
Dapat
dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku,
alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila mana siswa tidak
memiliki minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan
belajar.
b. Sikap Terhadap Belajar
Sikap
siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan belajar
merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa
banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun,
bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang
memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
c. Motivasi Belajar
Di
dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanefestasikan dalam bentuk
ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan
tugas dan sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena
kurangnya kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya
motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi
ketercapaianya hasil belajar yang diharapkan.
d. Konsentrasi Belajar
Kesulitan
berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa,
karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu
memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru.
e. Mengelolah Bahan Ajar
Siswa
mengalami kesulitan di dalam mengelolah bahan, maka berarti ada kendala
pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru
tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk
terus mengelolah bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu
proses yang berlangsung secara dinamis.
f. Menggali Hasil Belajar
Bagi
guru dan siswa sangat penting memperhatikan proses penerimaan pesan dengan
sebaik-baiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal. Guru
hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas, latihan, agar
siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah pesan-pesan pembelajaran.
g. Rasa Percaya Diri
Salah
satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan
mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri
umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu
aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang
diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar,
akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan
dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
h. Kebiasaan Belajar
Adalah
perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama
sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan.
Ada
beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai :
1) belajar tidak teratur
2) daya tahan rendah
3) belajar hanya menjelang ulangan atau
ujian
4) tidak memiliki catatan yang lengkap
5) sering datang terlambat, dan
lain-lain
i.
Factor Fisiologis
Faktor
fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang
sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima
pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor
fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya
masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi
cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta
gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
dan lain sebagainya. Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu
sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan
secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi
tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan
karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat
tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang
tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
2.
Faktor-faktor Eksternal Belajar
a. Sekolah, antara lain :
·
Letak sekolah yang terlalu bising
·
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
·
Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
·
Metode mengajar yang kurang memadai
·
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
b. Keluarga (rumah), antara lain :
·
Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
·
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknya
·
Keadaan ekonomi.
c. Lingkungan
·
Lingkungan yang tidak mendukung seperti mabuk-mabukan,
merokok dll.
·
Lingkungan yang menganggap pendidikan itu tidak
penting
C. Alternatif mengenal
& mengatasi
kesulitan belajar
Beberapa
perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1) Menunjukkan hasil belajar yang
rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah
potensi yang dimilikinya.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat
belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal
dari kawan-kawannya dari waktu yang
disediakan.
4) Menunjukkan sikap-sikap yang tidak
wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5) Menunjukkan perilaku yang
berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat
pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6) Menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang
gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah,
tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Sementara
itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam
mencapai tujuan-tujuan belajar.
Menurut
Burton bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
1) Dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan
materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan
oleh guru (criterion reference).
2) Tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan,
bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam
under achiever.
3) Tidak berhasil tingkat penguasaan
materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan
tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner
atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)
Untuk
dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami
kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan,
sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat
diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat
menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2)
kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan
dengan potensi; dan (4) kepribadian.
Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar
1) Perhatikan Mood
Untuk
mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar
anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika
belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih
cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu
penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau
karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati
si anak.
2) Siapkan Ruang Belajar
Kesulitan
belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu,
coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini
Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya
bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan mata
pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita ibunya
sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang.
3) Komunikasi
Masa
kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar.
Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan
dengan cara guru mengajar di kelas.
Sempatkan
juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka
mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir
termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya.
Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak
dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya.
Selamat mencoba.
4) Mengidentifikasi siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Adapun langkah-langkah
mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
ü Menandai siswa dalam satu kelas atau
dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat
umum maupun khusus dalam bidang studi
ü Meneliti nilai ulangan yang
tercantum dalam “record academic” kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata
kelas atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
ü Menganalisis hasil ulangan dengan
melihat sifat kesalahan yang dibuat.
ü Melakukan observasi pada saat siswa
dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas, berusaha
mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah melalui check list
ü Mendapatkan kesan atau pendapat dari
guru lain terutama wali kelas,dan guru pembimbing.
5) Mengalokasikan letaknya kesulitan
atau permasalahannya, dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang
studi tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas,
ketidakhadiran, kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam
belajar.
6) Melokalisasikan jenis faktor dan
sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan.
7) Memperkirakan alternatif
pertolongan. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya baik yang bersifat
mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif).
Kamu
bisa mencari latar belakang penyebab kesulitan belajarmu bersama guru
pembimbing, Misalnya kamu bisa menganalisis dokumen diri yang meliputi
identitas, riwayat pendidikan, prestasi belajar, keluarga, minat, bakat,
cita-cita, kecerdasan, lingkungan sosial, riwayat kesehatan, catatan/komentar
guru mata pelajaran dan orang tua, kedudukanmu dalam kelompok sosial, dan
sebagainya. Dari sini kemungkinan besar kamu akan memahami mengapa kamu
sekarang mengalami kesulitan belajar.
Berikut
ini beberapa alternatif dalam kesulitan belajar :
1.
Observasi Kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu
mengurangi kesulitan dalam tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara
fisik bagaimana kondisi kelas dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar,
sehat dan hidup atau tidak. Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang dan
sehat, maka itu semua dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih semangat lagi.
2.
Pemeriksaan Alat Indera
Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat
kesehatan siswa khusus mengenai alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan
sekali pihak sekolah melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan di Puskesmas /
Dokter, karena tingkat kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik
pula. Maka dari itu, betapa pentingnya alat indera tersebut dapat
menstimulasikan bahan pelajaran langsung ke diri individu.
3.
Teknik Main Peran
Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah
seorang murid. Di sana seorang guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid
berikut semua yang ada di sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan
wawancara dengan orang tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi,
pekerjaan dan lain-lain. Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah,
kondisi dan situasinya dengan masyarakat secara langsung.
4.
Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes
Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui
sejauh mana IQ seseorang dapat dilihat dengan cara menjawab
pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana. Dengan latihan psikotes dapat
diambil beberapa nilai kepribadian siswa secara praktis dari segi dasar, logika
dan privasi seseorang.
5.
Menyusun Program Perbaikan
Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi
pengajar dulu. Seorang pengajar harus menjadi seorang yang konsevator,
transmitor, transformator, dan organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa
alat peraga atau alat yang lainnya yang menunjang pengajaran lebih baik, karena
dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks, motivasi belajarpun akan
dengan mudah didapat oleh para siswa.
Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya oleh
para pengajar sehingga tidak ada lagi kendala dan hambatan yang dapat mempengaruhi
kegiatan belajar. Selain itu tingkat kedisiplinan yang diterapkan di suatu
sekolah dapat menunjang kebaikan dalam proses belajar. Disiplin dalam belajar
akan mampu memotivasi kegiatan belajar siswa.
Alternatif
lain yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan
tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih
dahulu melakukan beberapa langkah berikut ini :
a) Menganalisis hasil diagnosis, yakni
menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk
memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi
siswa.
b) Mengidentifikasi dan menentukan
bidang kecakapan tertentu yang memerlukan adanya perbaikan.
c) Menyusun program perbaikan.
Dalam menyusun program pengajaran perbaikan
diperlukan adanya ketetapan sebagai berikut :
a) Tujuan pengajaran remedial
Contoh dari tujuan pengajaran remedial yaitu
siswa dapat memahami kata “tinggi”, “pendek” dan “gemuk” dalam berbagai konteks
kalimat.
b) Materi pengajaran remedial
Contoh materi pengajaran remedial yaitu dengan
cara lebih khusus dalam mengembangkan kalimat-kalimat yang menggunakan
kata-kata seperti di atas.
c) Metode pengajaran remedial
Contoh metode pengajaran remedial yaitu dengan
cara siswa mengisi dan mempelajari hal-hal yang dialami oleh siswa tersebut
dalam menghadapi kesulitan belajar.
d) Alokasi waktu
Contoh alokasi waktu remedial misalnya
waktunya Cuma 60 menit.
e) Teknik evaluasi pengajaran remedial
Contoh teknik evaluasi pengajaran remedial
yaitu dengan menggunakan tes isian yang terdiri atas kalimat-kalimat yang harus
disempurnakan, contohnya dengan menggunakan kata tinggi, kata pendek, dan kata
gemuk.
Selanjutnya untuk memperluas wawasan pengetahuan
mengenai alternatif-alternatif atau cara-cara pemecahan masalah kesulitan
belajar siswa, guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai
bimbingan dan penyuluhan. Selain itu, guru juga sangat dianjurkan untuk
mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai
sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan masalah kesulitan
belajar siswa.
Keaktifan siswa tidak hanya dituntut dari segi
fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi
fikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran
tidak tercapai. Ini sama halnya dengan siswa tidak belajar, karena siswa tidak
merasakan perubahan di dalam dirinya, padahal pada hakekatnya belajar adalah
“perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang yang telah berakhirnya melakukan
aktivitas belajar.
Penerapan sikap dan pembentukan kepribadian
pada diri siswa harus dioptimalkan, mengingat keberhasilan suatu proses
pembelajaran bukan diukur oleh adanya penambahan dan perubahan pengetahuan
serta keterampilan saja, namun nilai sikap harus terakomodasi, sebab dengan
perubahan sikap akan menentukan terhadap perubahan kognitif ataupun psikomotor.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada
hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong
siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengjar adalah proses
memberikan bimbingan, bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
interaksi antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya, serta dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
tingkah laku pada diri peserta didik. Agar proses belajar mengajar tersebut
berlangsung secara efektif selain diperlukan alat peraga sebagai pelengkap yang
digunakan guru dalam berinteraksi dengan peserta didik diperlukan pula aturan
dan tata tertib yang baku agar dalam pelaksanaannya teratur dan tidak
menyimpang.
Dari hakikat proses belajar mengajar,
pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka pembelajaran seyogyanya tidak
atraktip melainkan harus demokrasi. Siswa harus menjadi subjek belajar, bukan
hanya menjadi pendengar setia atau pencatat yang rajin, tetapi siswa harus
aktif dan kreatif dalam berbagai pemecahan masalah. Dengan demikian guru harus
dapat memilih dan menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan
kemampuannya, kekhasan bahan pelajaran, keadaan sarana dan keadaan siswa.
@ Data terlampir
Dari analisis hasil ulangan harian
semester 1 materi pelajaran IPA – BIOLOGI yang mendapatkan nilai di bawah
rata-rata ada 3 orang yaitu Bayu
Setiawan, Dicky setiawan putra dan mikhael adi kurniawan, Ketiga anak ini di mungkinkn
mengalami kesulitan belajar karena mereka mendapatkan nilai di bawah rata-rata,
rata rata kelas yaitu 65. Kemungkinan Pemberian
bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan yaitu pengajaran remedial, bimbingan belajar pribadi, dan bimbingan belajar kelompok.
Merkur Futur Brushed Chrome | DCCasino
Merkur Futur Brushed Chrome is a high-performance, heavy-duty chrome finished 3-piece DE Safety Razor with an extra 온카지노 long handle to help ensure the right amount of effort 샌즈카지노 goes into Handle length: 39 mmWeight: 2.94gHandle diameter: 41 mmRelease date: 1995 deccasino