Kontribusi
Landasan Religious
Terhadap
Perkembangan Kepribadian Individu
Disajikan Oleh :
1. Annisa
Fadlia Zaen (K3110008)
2. Day
Shella (K3110017)
3. Latifatun
Zab’ah (K3110038)
4. Rahmatuz
Zaqiyah (K3110052)
5. Rani
Kurniasih (K3110054)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Landasan
religious bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai
mahluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan
dan konseling. Landasan religious terkait dengan upaya mengintegrasikan
nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling. Untuk mewujudkan hal
itu, maka sudah sepatutnya agama mendapat tempat dalam praktek-praktek
konseling atau psikoterapi. Dalam bab ini akan dibahas bagaimana kontribusi
Landasan Religius terhadap Perkembangan Kepribadian Individu. Karena kita tahu
sendiri bahwa agama harus dijadikan pedoman hidup setiap individu.
BAB II
ISI
A.
Hakikat Manusia Menurut Agama
Sifat hakiki manusia adalah mahluk beragam
(Homoreligius) yang memiliki fitrah untuk menerima nilai kebenaran yang
bersumber dari agama. Fitrah beragama ini menjadi potensi arah perkembangan
amat tergantung pada kehidupan beragama, lingkungan dimana anak itu hidup.
Lingkungan itu memberikan ajaran
bimbingan dengan pemberian dorongan dan keteladanan yang baik dalam mengamalkan
nilai-nilai agama, berkembangan menjadi manusia yang berahlak mulia, berbudi
pekerti luhur.
Kemampuan anak untuk dapat mengembangkan potensi
baik dan mengendalikan potensi buruknya, itu tidak terjadi secara otomatis
tetapi memerlukan bantuan orang lain, yaitu melalui pendidikan agama
(bimbingan, pengajaran, dan pelatihan) terutama dari orangtuanya sebagai pendidik
pertama dan utama di lingkungan keluarga.
Dengan mengamalkan pelajaran agama, berarti manusia
telah mewujudkan jati dirinya, identitas dirinya yang hakiki yaitu sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Sebagai hamba dan khalifah Allah,
manusia mempunyai tugas suci yaitu ibadah atau mengabdi kepada-Nya.
B.
Kontribusi Landasan Religious Terhadap Perkembangan
Kepribadian Individu
1.
Memelihara fitrah
Manusia dilahirkan dalam kekadaan suci. Namun
manusia memiliki hawa nafsu dan juga ada pihak luar yang senantiasa berusaha
menggoda atau menyelewengkan manusia dari kebenaran. Agar manusia dapat
mengendalikan hawa nafsu itu, maka manusia harus beragama dengan beriman dan beramal sholeh atau
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2.
Memelihara jiwa
Dalam memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama
mengharamkan manusia melakukan penganiayaan, penyiksaan atau pembunuhan baik
terhadap dirinya maupun kepada orang lain.
3.
Memelihara akal
Allah telah memberikan karunia kepada manusia yang
tidak diberikan kepada mahluk lainnya, yaitu akal. Karena pentingnya peran akal
ini, maka agama memberi petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan dan
memeliharanya, yaitu hendaknya manusia :
a.
Mensyukuri
nikmat akal itu dengan cara memanfaatkan seoptimal mungkin untuk berfikir,
belajar, atau mencari ilmu.
b.
Menjauhkan diri
dari perbuatan yang merusak akal, seperti : meminum minuman keras, menggunakan
narkoba, dan hal-hal yang merusak keberfungsian akal yang sehat.
4.
Memelihara keturunan
Agama mengajarkan kepada manusia tentang cara
memelihara keturunan atau system regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama
untuk memelihara keturunan itu adalah pernikahan.
C.
Kontribusi Agama Dalam Bidang Pendidikan
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah
memberikan petunjuk tentang berbagai
aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental yang sehat.
Peran
agama dalam kehidupan sehari-hari seperti :
1.
Sebagai sarana
mawas diri
Contoh :
Seorang anak dapat membedakann baik dan
buruk dalam menerima informasi dan teknologi yang berkembang di dunia
pendidikan.
2.
Sebagai sarana
untuk meningkatkan keimanan
Contoh :
Seseorang anak yang memegang teguh
agamanya mendasarkan segala sesuatu yang ia lakukan untuk mencari ridho
Allah.Setiap tindakannya juga akan berimbas paka kadar keimanannya.
3.
Menjadikan
pedoman
Contoh :
Seseorang yang beriman akan memiliki
prinsip atau pedoman yang positif sehingga akan menghindari perilaku yang menyimpang,
seperti : Mencontek, merokok, miras dll.
4.
Menjadi motivasi
kita agar selalu melakukan yang lebih baik lagi.
Contoh :
Saat seseorang yang beragama mendapat
nilai ujian yang kurang baik, ia tidak lantas putus asa melainkan akan berusaha
belajar lebih giat lagi seperti yang diajarkan dalam agama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam
rangka mencapai kebahagiaan yang hakiki didunia ini dan akhirat kelak. Karena
agama sebagai pedoman hidup, maka semua kegiatan kehidupan manusia harus
merujuk pada nilai-nilai agama.
Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan
hasil penelitian menunjukan bahwa agama sangat berperan (berkontribusi secara
signifikan) terhadap pencerahan diri dan kesehatan mental individu. Bertitik
tolak dari hal ini, maka pengintegrasian dan konseling merupakan suatu
keniscayaan yang harus ditumbuh kembangkan.
Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan
bimbingan dan konseling berlangsung secara baik, maka konselor dipersyaratkan
untuk memiliki pemahaman dan pengalaman agam yang dianutnya, dan menghormati
agama klien yang berbeda dengan agama yang dianutnya.
KRITIK DAN SARAN
Kami menyadari bahwa masih banyak
sekali kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini.Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian
untuk perbaikan makalah ini.