A.
PEMANGSAAN, HERBIVORA, PARASITOIDISME DAN
PARASITISME
Pemangsaaan (Predation) dapat ditafsirkan secara
sederhana, yaitu konsumsi suatu mahluk (sebagai mangsa) oleh mahluk lain
(pemangsa = predator) dan mangsa tersebut masih dalam keadaan hidup ketika
pemangsa menyerang pertama kali. Lin dengan detrifori yaitu konsumsi bahan
organic yang telah mati.
Penggolongan pemangsa dapat disebutkan sebagai
berikut :
1)
Karnivor, ialah
golongan hewan yang mengkonsumsi hewan.
2)
Herbivor ialah
golongan hewan yang mengkonsumsi tumbuhan.
3)
Omnivor ialah
golongan hewan yang mengkonsumsi baik hewan maupun tumbuhan.
Sedangkan istilah “to graze” telah mengalami
perubahan menjadi “Grazing” dan “Grazers” mengandung arti suatu tipe
pemangsaaan tetapi mahluk yang dimangsa tidak dibunuh, hanya bagian tubuhnya
dimakan dan sisanya dibiarkan dengan potensi dapat regenerasi.
Sedangkan fungsional pemangsa dapat diklasifikasikan
menjadi 4 macam yaitu : pemangsa sejati, “Grazers”, parasitoid, dan parasit.
Pemangsa sejati, mengkonsumsi mangsanya segera
sesudah serangannya berhasil, dan selama hidupnya pemangsa sejati membunuh
beberapa atau banyak individu mangsa yang berlainan. Sering kali pemangsa
sejati memakan seluruh tubuh mangsanya, tetapi ada juga yang hanya memangsa
sebagian tubuh mangsanya saja. Pemangsa sejati tersebut misalnya, harimau,
burung garuda, tumbuhan karnovor, rodentia pemakan biji-bijian, semut juga ikan
paus pemakan plankton.
“Grazers juga membunuh sejumlah besar mangsa dalam
hidupnya, tetaip mereka hanya mengambil bagian dari tiap indibidu mangsanya,
tidak seluruh tubuhnya. Pengaruhnya terhadap individy mangsa, tidak seluruh
tubuhnya. Pengaruhnya terhadap individu mangsa berbeda-beda, tetapi bersifat
merugikan. Dalam jangka pendek serangannya tidak letal. Contoh “Grazers” adalah
vertebrata besar seperti domba dan sapi, demikian pula lalat yang mengisap
darah manusia, dan juga lintah.
Parasit bersifat seperti “grazers” yaitu
mengkonsumsi hanya bagian dari mangsa (inang = hospes) bukannya keseluruhan
dari tubuh. Dan seperti juga “grazers” dalam jangka pendek tidak menyebabkan
letal, tetapi bersifat merugikan. Berbeda dengan “grazers” serangan parasit
memusat pada satu hanya beberapa individu selama hidupnya. Dari hal tersebut
menggambarkan adanya semacam keakraban antara parasit dengan inangnya, dan hal
yang semacam itu tidak ditemukan pada mangsa dengan pemangsa sejati dan
“Grazers”. Contohnya adalah cacing pita, cacing hati, virus cacar dan
Hycobacterium tuberculosis.
Parasitoid adalah sekelompok insect yang
dikelompokkan dengan dasar perilaku bertelur betina dewasa dan pola
perkembangan larva selanjutnya. Terutama untuk insect dari ordo Hymenoptera,
dan juga meliputi banyak Diptera. Mereka hidup bebas pada waktu dewasa, tetapi
betinanya bertelur di dalam, pada atau dekat insect lain. Larva parasitoid
berkembang di dalam (atau jarang pada) individu inang yang masih tingkat
pre-dewasa. Pada awalnya hanya sedikit kerusakan yang tampak ditimbulkan
terhadap inangnya, tetapi akhirnya hampir dapat mengkonsumsi seluruh inangnya
dan dengan demikian makan dapat membunuh inang tersebut sebelum atau sesudah
stadium kepompong (pupa). Jadi parasitoid dewasa, bukan inang dewasa yang akan
muncul dari kepompong. Sering hanya satu parasitoid yang berkembang dari tiap
inang, tetapi pada beberapa kejadian beberapa individu hidup bersama dalam satu
inang. Jelasnya parasitoid hidup bersama akrab dengan individu inang tunggal
(seperti pada parasit), mereka tidak menyebabkan kematian segera atas inang
(seperti pada parasit), mereka tidak menyebabkan kematian segera atas inang
(Seperti parasit dan juga “Grazers”), tetapi juga dapat menyebabkan kematian
(seperti pemangsa).
Herbivore dapat bertindak sebagai pemangsa sejati,
atau sebagai “Grazers” atau sebagai konsumen parasitic, di samping itu bahan
yang di konsumsikanpun dapat berupa individu berujud seluruh tumbuhan, atau
module tumbuhan secara keseluruhan atau hanya bagian-bagian module. Pengaruh
herbivore pada tumbuhan tergantung pada permasalahan pada bagian tumbuhan yang
mana dipengaruhi, dan waktu penyerangan terhadap tumbuhan tersebut. Pengunyahan
daun, pengisapan getah, konsumsi meristem, perusakan bunga dan buah, dan
pemutusan akar, semuanya akan berpengaruh berbeda-beda terhadap tumbuhan. Biasanya
tumbuhan hidup dalam jangka pendek, sehingga rawannya pengaruh Herbivora
tergantung pada tanggapan tumbuhan itu sendiri. Mineral atau zat hara , mungkin
dialihkan dari suatu bagian ke bagian yang lainnya. Atau metabolisme secara
keseluruhan dapat berubah atau laju nisbi pertumbuhan akar, pertumbuhan tunas
dan reproduksi berubah, atau bahan kimiawi atai jaringan protektif khusus dapat
pula diproduksi. Secara keseluruhan pengaruh suatu herbivor dapat lebih drastic
dari pada yang tampak, atau kurang drastic. Jadi tidak hanya yang tampak saja
yang perlu mendapatkan perhatian.
Pengaruh negative secara kuantitatif cenderung kecil
pada populasi yang berinteraki yang memiliki sejarah perkembangan evolusi dalam
suatu ekosistem yang mantap. Seleksi atau alam menjurus ke arah bekurangnya
pengaruh yang merusak atau menjurus ke arah berkurangnya pengaruh yang merusak
atau menjurus ke penghilangan interaksi tersebut sama sekali, karena penekanan
secara ganas dan berkesinambungan atas populasi mangsa oleh populasi pemangsa
atau populasi inang oleh populasi parasit dapat menuju kepada kepunahan satu
atau kedua populasi yang bersangkutan. Interaksi ganas paling sering dapat
diamati apabila interaksi berasal dari masa kini (bila dua populasi berasosiasi
baru pertama kali) dalam ekosistem, misalnya karena ulah manusia. Hal ini
sering disebut sebagai “prinsip pathogen langsung jadi” (the principle of the
instant pathogen) yang menjelaskan tentang mengapa manipulasi yang tidak
terrencana atau terrencana secara buruk sering menuju ke epidemi.
B.
PERSAINGAN
Mahluk tidak exis dalam ruang dan waktu secara
sendirian, tetapi salam suatu ,matrik dengan mahluk lain yang tergolong dalam
berbagai spesies. Banyaknya spesies dalam suatu daerah tidak akan terpengaruh
oleh adanya mahluk lain, tetapi dalam beberapa kasus satu atau beberapa spesies
akan berinteraksi. Jadi dapat dikatakan bahwa populasi suatu spesies akan
berbeda dengan adannya atau dengan tidak adanya spesies kedua.
Akibat positif maupun negative dapat terjadi karena
adanya interaksi tersebut. Interaksi positif. Misalnya yang disebut mutualisme,
merupakan kehidupan bersama antara dua spesies yang saling menguntungkan,
contohnya adalah antara bakteri dan rumen sari. Dengan adanya bakteri dalam
rumen, memungkinkan sapi dapat mencerna cellulose, sedangkan bakteri sendiri
mendapat keuntungan karena dapat hidup dalam lingkungan yang hangat dan sesuai
untuknya. Contoh interaksi positif lainnya adalah komensalisme, merupakan
kehidupan bersama antara dua spesies tetapi hanya satu spesies yang mendapat
keuntungan, sedangkan spesies yang lain tidak terpengaruh oleh adanya interaksi
tersebut, misalnya algae tumbuh pada carapax kuratura. Sedangkan yang tergolong
dalam interaksi negative misalnya persaingan antara dua spesies yang
menimbulkan kerugian atau penderitaan pada kedua spesies yang hidup bersama
tersebut. Dan contoh lainnya adalah pemangsaaan seperti yang telah diterangkan
di muka.
Ada dua bentuk persaingan yang ditakrifkan menurut
Birch (1957) yaitu :
1.
Persaingan
sumber daya (resource competition) terjadi bila sejumlah mahluk ( yang sama
atau berbeda spesies) menggunakan sumber daya bersama yang ketersediaanya
sedikit.
2.
Persaingan
saling merugikan (interference competition) terjadi bilamana mahluk dalam mencari
sumber daya akan saling merugikan walaupun sumber daya tersebut ketersediaanya
tidak sedikit. Perlu diingat bahwa persaingan tersebut dapat interspesifik
(antara dua atau lebih spesies) atau intraspesifik (antara anggota spesies yang
sama).
Persaingan dapat mengenai sumber daya dan
bermacam-macam sumber daya merupakan pusat interaksi kompetitif. Untuk
tumbuhan, cahaya, zat hara dan air adalah sumber daya yang penting. Tetapi
tumbuhan juga dapat bersaing mengenai penyerbuk atau mengenai tempat melekat.
Untuk hewan, air, makanan dan lawan jenis berkembangbiak adalah contoh sumber
persaingan. Persaingan untuk ruang juga terjadi pada beberapa jenis hewan dan
mungkin meliputi beberapa keperluan khusus misalnya tempat bersarang dan tempat
yang aman dari gangguan pemangsa.
Beberapa konsekuensi persaingan perlu diperhatikan
antara lain :
1)
Hewan tidak
perlu melihat atau mendengar atau berjumpa dengan kompetitornya. Suatu spesies
yang makan suatu jenis tumbuhan pada siang hari mungkin bersaing dengan spesies
yang makan tumbuhan yang sama pada malam hari, karena ketersediaan tumbuhan
tersebut terbatas.
2)
Kebanyakan
mahluk yang dapat dilihat atau dapat didengar oleh seekor hewan tidak menjadi
competitor. Hal tersebut akan lebih tampak jika ada sumnerdaya yang dipergunakan
bersama. Oksigen misalnya adalah contoh sumber daya yang digunakan oleh
kebanyakan hewan terrestrial, tetapi persaingan untuk mendapatkan oksigen tidak
terjadi, sebab oksiigen tersedia melimpah.
3)
Persaingan
antara tumbuhan biasa terjadi antara individu yang berakar di tempat yang sama,
jadi berbeda dengan persaingan antara hewan yang bergerak. Penjarakan merupakan
hal yang penting dalam persaingan tumbuhan tersebut.
Untuk membuat hipotesis tentang apakah yang terjadi
bila spesies hidup bersama, baik menggunakan makanan yang sama, atau merupakan
parasit terhadap yang lain, telah digunakan model-model matematik secara
extensif. Model yang paling baik untuk fenomena tersebut adalah yang dikenal
sebagai persamaan lotka volterra yang disusun secara tersepisah oleh Lotka
(1925) di USA dan volterra (1926) di italia. Kedua tokoh tersebut menyusun dua
perangkat persamaan yang berlainan, satu perangkat diterapkan pada situasi
pemangsa-mangsa, sedangkan satu perangkat yang lain pada situasi non predatori,
meliputi persaingan untuk makanan dan ruang.
Persamaan lotka-volterra yang menggambarkan
persaingan antara mahluk tersebut makan dan ruang adalah berdasarkan data kurva
logistic sebagai berikut :
Persamaan logistic sederhana untuk spesies 1
Persamaan logistic sederhana untuk spesies 2
Dengan
keterangan :
N1 = besarnya populasi spesies 1
T = waktu
R1 = laju pertambahan spesies 1 per kapita
K1 = Kerapatan Asimtotik spesies 1
Dan keterangan tersebut berlaku untuk spesies 2
Jika kedua spesies berinteraksi, artinya saling
mempengaruhi pertumbuhan populasi yang satu oleh lainnya, haruslah dimasukkan
suku lain dalam persamaan-persamaan tersebut diatas.
Dalam banyak kejadian “ruang” yang dialami olrh
individu spesies 2 tidak tepat sama dengan yang dialami oleh individu spesies
1. Mungkin spesies 2 individunya lebih besar sehingga memerlukan makanan yang
lebih banyak dari pada makanan yang di kandung oleh k1. Dengan alasan tersebut
maka diperlukan suatu factor konversi untuk mengubah individu spesies 2 menjadi
cacah yang ekuivalen dengna cacah individu spesies 1. Dapat dituliskan sebagai
berikut :
N1 = ∝
x N2
Hasil akhir dari persaingan tersebut tidak selalu
diperkirakan atas dasar cacah yang dicapai oleh tiap-tiap spesies sendiri saja
(misanya iklim dingin – lembab). Hal yang penting lagi adalah bahwa persaingan
yang terjadi dalam iklim intermedient kadang-kadang confuse yang menang,
kadang-kadang castaneum yang menang dan dalam biakan masing-masing hasil akhir
tidak diperkirakan.
Hasil akhir experiment pesaingan Tribolium selalu spesies yang satu
dipunahkan. Baik yang dewasa maupun yang larvae Tribolum adalah kanibal makan telur dan pupae mereka sendiri.
Pemangsaaan kanibalistik adalah suatu proses majemuk dan bertanggungjawab atas
mortalitas kutu gandum ini. Pada umumnya Tribolium castaneum lebih kanibalistik
dari pada T. confosum. Persainmgan
antara kedua kutu gandum bukan persaingan untuk makanan tetapi merupakan
pemangsaan yang satu oleh yang lain secara spesifik.
Prinsip Gause atau yang disebut juga prinsip
exklusif kompetitif menyatakan bahwa tidak ada dua spesies yang secara ekologi
identik, dapat melakukan koexistensi. Hasil dari suatu kompetisi antara dua
spesies yang serupa, hampir tidak pernah ada pada niche yang serupa, hampir
tidak pernah ada pada niche yang serupa, masing-masing akan saling mengganti
dengan berbagai cara, sehingga masing-masing akan memiliki jenis makanan dan
cara hidup yang tertentu (Krebs, 1978).
Batasan Niche tersebut adalah menurut Elton, oleh
karena itu salah satu dari competitor akan punah atau terusir. Prinsip exklusif
kompetitif tersebut dapat diterima secara luas karena :
a)
Dapat dibuktikan
b)
Merupakan
kenyataan yang secara logis bisa diterima
c)
Secara teoritik
didasarkan dengan model lotka – volterra.
Walaupun demikian
kadang-kadang muncul satu kasus yang tidak dapat diterapkan pada prinsip
tersebut. Kasus tersebut dapat disebabkan karena persaingan interspesifik yang
merupakan pross yang sering bersamaan dengan adanya pola khusus, misalnya
perbedaan niche.
Persaingan untuk ruang dapat digambarkan pada mahluk
yang mempertahankan teritorialnya. Misalnya, jumlah burung yang bertambah dalam
satu daerah, pada awalnya beberapa akomodasi mengenai besarnya territorial
berbanding terbalik dengan besarnya populasi dan jumlah persaingan yang
terlibat. Dengan mengecilnya ukuran territorial, maka akan terjadi
intensifikasi persaingan dalam berkicau, kejar mengejar, dan mungkin saling
berkelahi. Rupanya untuk sepasang burung diperlukan luas daerah minimum yang
khusus agar berhasil dalam membangun sarang. Bila suatu daerah menjadi jenuh,
maka akan terjadi gangguan dalam pembentukan sarang dan individu-individu yang
menyerbu akan diusir keluar area tersebut (Bustard 1970, Healy, 1967).
Persaingan mengenai makanan misalnya pada ikan, ada
kemungkinan terjadi pertumbuhan populasi, tetapi individu-individunya akan
kerdil. Ada suatu kecenderungan biomassa suatu spesies diatur oleh ketersediaan
makanan dan besar atau berat tubuhnya berbanding terbalik dengan cacah individu
biasanya berakibat pertumbuhan individu bertambah <Parker 1958>. Ukuran
besarnya tubuh Daphnia dan beberapa
spesies mamalia tampaknya juga tergantung oleh kerapatan sampai sejauh batas
tertentu, misalnya individu dengan ukuran tubuh kecil adalah karakteristik dari
populasi yang besar. Jika terjadi berdesakan secara berlebihan, maka tingkatan
sosial akan terjadi, dan hanya individu yang dominan yang bisa mendapatkan
makanan dengan mudah.
Persaingan merupakan faktor yang paling penting
dalam mengatur besarnya populasi, dan berperan dalam menentukan ketersediaan
makanan, ruang, dan sumberdaya lain nya yang dibutuhkan untuk existensi maupun
reproduksi individu.
Untuk mendeteksi sdanya suatu keberhasilan dalam persaingan, adalah adanya
kelangsungan hidup individu sebagai tanda keberhasilan awal,
dan keberhasilan akhir akan menampakkan cacah yang paling dominan dari
keturunan yang telah mapan. Persaingan yang berbentuk
allelokimia baru diketahui
keberhasilan pada saat
awal nya. Persaingan, kecuali
allelokimia akan membentuk pengaruh
terhadap komunitas hewan,
diantaranya :
1.
establishment
<pemantapan> hirarkhi sosial
2.
pemantapan
territorial
3.
pengaturan
besarnya papulasi
4.
segregasi
spesies dalam relung yang berbeda
5.
terjadinya spesies
<spesiasi>
Dua pengaruh pertama tersebut di atas terjadinya
terutama secara spesifik , pengaturan besarnya populasi terjadi. Secara
intra dan interspesifik, dan dua pengaruh yang terakhir terlaksana secara
interspeksi. Perlu diketahui bahwa bila pengaruh-pengaruh tersebut terlaksana
sepenuhnya, maka akan terjadi pengurangan tegangan dan intensitas persaingan,
karena tiap-tiap individu akan mengambil tempat masing-masing dalam komunitas.
Allelokimia contohnya adalah disekresikannya bahan
kimiawi oleh suatu mahluk yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan,
kesehatan dan perilaku mahluk lain. Sehingga dapat menghambat pertumbuhan
tanaman muda didekatnya. Sedangkan antibiotika dihasilkan oleh bakteri, fungsi,
actinomycetes dan lichenes.
Pengaruh allelokimia berbeda-beda dalam tumbuhan dan
hewan, ada yang berupa bahan yang menyebabkan mahkluk lain menjauhinya, missal
yang disebut sebagai sebagai “repellant”, “suppressant”, dan bisa (venom) dan
ada pula yang menyebabkan mahluk lain mendekatinya, missal “attractant”. Ada
lagi apa yang dinamakan “pheromon”, merupakan bahan kimia yang mampu berlaku
sebagai pembawa pesan dalam suatu spesies terutama dalam perilaku reproduktif,
demikian pula dalam pengaturan dan pengakuan social, tanda bahaya dan
pertahanan, penandaan jejak dan territorial, lokasi makanan dan sebagainya.
C.
INTERAKSI NEGATIF LAINNYA
Parasitisme adalah hubungan antara dua individu,
yaitu antara parasit yang memperoleh keuntungan dan hospes yang dirugikan.
Parasitisme tersebut terutama adalah mengenai koaxi dalam makanan, dan juga
perlindungan parasit oleh inangnya. Suatu parasit tidak akan membunuh inangnya
dengan segera, sebelum dapat menyelesaikan daur reproduksinya. Bila parasit
segera membunuh inangnya segera setelah infeksi, maka parasit tidak bisa
berreproduksi dan akan punah. Keseimbangan antara hospes dan parasit akan
terganggu jika hospes tersebut menghasilkan antibody atau bahan lain yang dapat
mengganggu pertumbuhan parasit terganggu jika hospes tersebut menghasilkan
antibody atau bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan parasit.
Menurut tempat hidupnya parasit dapat dibedakan
menjadi :
1.
Ektoparasit yang
hidupnya di luar tubuh hospes, misalnya kutu pada kepala manusia.
2.
Endoparasit,
yang hidupnya di dalam tubuh hospes, missalnya dalam tractus digestivus, alat
tubuh, jaringan darah, rongga tubuh dan lainnya.
Hewan dapat meriupkana parasit pada tumbuhan,
misalnya wareng, cacing pada akar tumbuhan dan sebagainya. Tumbuhan dapat
merupakan parasit pada hewan atau tumbuhan, misalnya bakteri dan fungsi yang
dapat menyebabkan berbagai penyakit pada tumbuhan maupun hewan dan bahkan pada
manusia. Parasitisme social adalah exploitasi suatu spesies oleh spesies
lainnya.
Ektoparasit berkembang dari bentuk yang hidup bebas.
Kebanyakan insect ektoparasit merupakan derivate dari karnivora, saprovora
(penghisap cairan tumbuhan).
Sedangkan endoprasit mungkin berkembang langsung
dari ektopaasit atau komensial. Parasit yang hidup dalam oxygen yang rendah,
membuat perlawanan terhadap getah pencernaan hospes, dan berusaha agar tidak
keluar bersama faeces. Karena keberhasilan parasit dalam menyesuaikamn diri
dalam hospes, maka kebanyakan parasit kehilangan kemampuannya untuk hidup
bebas. Spesialisasi bagi parasit internal adalah hilangnya lokomotor, indera
dan alat pencernaan, karena semua itu sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi
diganti dengan berkembangnya alat pelekat, bertambahnya kemampuan
berkembangbiak, dan dalam beberapa hal mungkin ada polyembrioni, hospes antara,
dan daur hidup majemuk.
Banyak parasit yang dalam keberadaannya hanya dalam
hospes tunggal, sedangkan parasit yang lain memerlukan haspes-antara satu, dua,
bahkan ada yang tidak Secara skologik dapat dipercaya bahwa hospes primer dan
hospes antara suatu parasit berada dalam habitat atau komunitas yang sama.
Parasit
dipindahkan diari suatu
hospes ke hospes lainnya oleh gerakan
aktif parasit sendiri atau tertelan oleh hospes yanq makan telur perasit, spora,
cyste, yang ada dalam makanan atau air minuinm dapat juga karena sentuhan tubuh
(body contact) antara hospes, atau transportasi dari satu hospes ke hospes yang
lain oleh vector.
Tiap-tiap parasit mempunyai hospes yanp khusus. Kopepoda
adalah parasit yang agiannya luas di perbagai jenis komunitas dengan hospes
yang berupa avertebrata sampai ikan. Acanthocephala ada yang terdapat dalam perut
bssar jenis ikan tertentu saja. Tiap-tiap burung tersedia jenis cacing pita
tersendiri, walaupun berbagai jenis burung hidup pada habitat yang sama.
Segregasi parasit ke dalam relung khusus ditunjukkan
dengan spesies kutu penggigit yang terbatas hanya hidup di kepala atau daerah
tertentu pada tubuh burung Nematoda tertentu ada yang hidup pada jaringan
pengikat tetapi tidak terdapat pada tractus digestivus. Sebaliknya ada yang
terdapat dalam tractus digestivus dan organ pencernaan lain, tetapi tidak
terdapat pada jaringan manapun.
Menurut Kellog kekhususan hospes dapat menyebabkan
taxcnomi parasit berguna dalam hubungan filogenetik parasit dengan hospesnya.
Yang dimaksud adalah suatu kondisi yang mempengaruhi
tubuh atau bagian tubuh sedemikian rupa sehingga mengganggu fungsinya. Parasit
tidak dapat menyebabkan kematian dengan segera, tetapi mungkin menyebabkan
kerusakan struktur tubuh jika terjadinya secara berlebihan, dan dapat
menyebabkan keinatian. Untuk memperklihatkan peranan parasit dalam menimbulkan
penyakit. Berikut ini dicantumkan beberapa contoh :
1.
Parasit cacing,
seperti cacing pipih, nematoda, dan acanthocephala, dapat berkelana dalam tubuh
hospes serta menyebabkan luka-Iuka mekanik sekaligus dapat merusak dan
mengkonsumsi jaringan. Hospes mungkin dapat memberi reaksi dengan menimbulkan
jaringan fibrosa sebagai kapsula atau kista di sekeliling parasit yang terbalut
didalamnya.
2.
Parasit protozoa
dalam saluran pencernaan maupun dalam
darah, misalnya eimeria adalah spesies
sprosoa yang merusak dinding
intestinura pada unggas sehingga menyebabkan coccidiosis, sedang Taxoplasma
dapat raenjadi cysta pada otak rodentia.
3.
Bacteria penyebab
berbagai jenis penyakit. misalnye TBC, paratypoid pada unggas maupun mamalia,
bahkan pada hewan tingkat rendah.
4.
Virus yang
faerukuran submikroskoplk, oiasanya penyebab penyakit mulut dan kuku pada
ungulata <sapi? kuda, kijang dan sebagainya>, juga encephalitis pada
anjing.
5.
Spora fungus Apergillus
dapat menimbulkan Apergillus pada burung yang saat mengamibil makanan dari
tanah, kemungkinan terhisap fungus yang terdapat di dalam seresah pinus
tersebut ke dalam paru-parunya. Fungus tersebut dapat berkembangbiak dipermukaan
eksternal tubuh.
6.
parasit
eksternal seperti catak, pinjal, kutu kepala <tuma>, tungau dan lalat umumnnya
tidak menimbulkan kematian, tetapi sering merupakan vektor penyebar protozoa,
bakteria, dan virus dari suatu mahluk ke mahluk lain. Tetapi serbuan besar-besaran
parasit external dapat menurunkan vitalitas atau kekuatan seekor hewan dapat
menyebabkan penyakit pada bulu.
7.
Defisiensi zat
hara dalam vitamin dan mineral, atau tidak seimbang antara hidrat arang ,
protein , dan lemak dapat menimbulkan cacat (malformasi) kekurangan kekuatan, bahkan
dapat mati, perbedaan dalam jumlah, komposisi dan
intensitas radiasi matahari dapat
mempengaruhi kandungan vitamin makanan yang dikonsumsi oleh hewan.
8.
keracunan makanan,
botullisme, terjadi bilamana makanan tertentu terkontaminasi dengan
toxin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botolunium dapat terjadi pada
unggas rawa yang menelan obat mesiu yang mungkin tertumpah di perairan rawa
pada musim berburu.
9.
beban
fisiologik, adalah istilah yang digunakah untuk perubahan yang ti dalam timbul
tubuh gecara non-spesifik oleh baanyak hal yang berheda-beda yang dapat
menyertai penyakit-penyakit. Pengaruh "stress" dapat berapa hilangnya
nafsu makan dan kekuatan, timbui rasa nyeri dan ngilu, dan turunnya berat tubuh.
Secara internal, sindrom "stress" mempunyai karakteristik mengecilnya
secara akut alat-alat limfatik dan mengecilnya sel darah eosinofi, membesar dan
bertambahnya aktivitas sekretorik bagian kortex adrenalis, dan berbagai
perubahan susunan kimiawi darah dan jaringan.
Stress menimbulkan kbndisi abnormal, dan sekali gus
menghapus mekanistne pertahanan tubuh untuk melawan kondisi yang abnormal
tersebut. Ada tiga tingkatan stress, yaitu :
1.
tingkatan reaksi
alarm, dalam tingkatan ini
belum ada adaptasi.
2.
tingkatan resistensi,
pada tingkatan ini
adaptasi . tubuh telah menjadi
optimum, tingkatan kehabisan tenaga, adaptasi
yang diperoleh telah hilang.
Ciri tingkatan kehabisan tpnaga antara lain
hipoglikemia, hipertrofi kortikal adrenal, berkurangnya glikagen hati, dan
keseimbangan nitrogen negatif.
10. kecelakaan, penuaan,
keiaparan, Juga merupakan sebab penting dalam kematian.
Hakhluk yang dapat menimbulkan peryakit dalvi tubuh
dapat dimasukkan salah satu dari dua kategori. Hereki dapat ada dalam tubuh
sepanjang waktu, tetapi secara normal tidak virulen, atau normalnya tidak ada
dalam tubuh tetapi begitu masuk ke dalam tubuh hospes, menjadi virulen Sekalipun suatu makhluk sehat, secara kronik
biasanya memiliki parasit atau mahlik yang merugikan pada tubuhnya, tetapi akan
tampak pengaruhnya jika jumlahnya melimpah luar biasa dan ada strain mutan
virulen, atau jika oleh salah satu sebab hospes menurun vitalitas dan resistensinya
sampai haspes kehilangan kemampuannya untuk bertahan. Idealnya ada saling toleransi
antara parasit dengan hospesnya sehingga tercipta keseimbangan antara tuntutan
parasit dengan kemampuan hospesnya.
Serangan awal oleh beberapa penyakit sering
menimbulkan imunitas terhadap serangan lebih lanjut oleh penyakit yang sama,
meskipun penyebab penyakit masih terbawa dalam tubuh korfaan yang telah sembuh imunitas
merupakan adaptasi fisiologik yang diperoleh suattu makhluk dan dengan adaptasi
tersebut dapat melawan hadirnya makhluk yang semia merugikan tersebut atau
hanya menderita sedikit karena datangnya parasit atau mahluk yang merugikan
tersebut.